Penggunaan Obat

Oleh: Sri Ayu Indayani, S. Farm., Apt

Apoteker Madya Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

 

 

Masih banyak orang yang beranggapan bahwa kesehatan itu bukan menjadi tanggung jawab diri pribadi, sehingga berbagai hal yang menyangkut informasi seputar kesehatan dan obat-obatan tidak dianggap sebagai hal yang penting.

Masyarakat baru menyadari pentingnya informasi obat ketika yang bersangkutan jatuh sakit atau merasakan sakit. Sering kali kesadaran itu timbul ketika penyakitnya sudah parah atau sulit disembuhkan, padahal jika saja kita mengetahui sedikit informasi mengenai gejala dari penyakit, maka kita akan mengupayakan pengobatan secara dini sehingga proses kesembuhan akan lembih cepat dan biaya yang dikeluarkan pun tidak memberatkan.

Mencegah ataupun melakukan pengobatan dini lebih baik daripada mengobati penyakit yang telah menjadi parah. Untuk itu, kita perlu mengetahui berbagai informasi penyakit, khususnya penyakit-penyakit yang sering dijumpai di daerah tropis seperti Indonesia.

Dengan mengetahui gejala dan tanda suatu penyakit, dapat diketahui tindakan awal apa yang harus dilakukan, serta obat apa saja yang dapat mengatasi penyakit tersebut.

Dalam penggunaan obat, ada banyak hal yang perlu diperhatikan agar obat itu memberikan manfaat yang besar, efektif dan aman. Obat harus dipakai sesuai takaran yang dianjurkan dan jangan melebihi takaran yang telah ditentukan. Tanyakan kepada dokter atau apoteker anda bila ragu-ragu. Hindari pengunaan obat bersamaan dengan mengkonsumsi alkohol. Karena alkohol dapat meningkatkan daya kerja obat tertentu. Selain itu walaupun sudah merasa sembuh, penggunaan antibiotika harus dilanjutkan hingga habis agar kesembuhannya sempurna dan tidak terjadi resistensi. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan.
Kurangnya informasi penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, memicu penggunaan obat secara tidak tepat oleh masyarakat, baik itu kurangnya kepatuhan terhadap pengunaan obat yang diresepkan, ataupun banyaknya masyarakat yang menggunakan obat tanpa resep/pengobatan sendiri (swamedikasi), yaitu upaya pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat sebelum mendatangi fasilitas kesehatan.

Ketika kita merasakan sakit pada tubuh dan atau mengetahui adanya penyakit tertentu yang kita derita, akan timbul pertanyaan apakah perlu diobati, obat apa yang cocok dan berbagai pertanyaan lain. Perlu untuk diiingat bahwa sebagian besar penyakit akan mengalami kesembuhan sendiri meskipun tidak diobati, apabila fungsi sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik. Bahkan ada banyak penyakit yang sembuh bukan karena obatnya, melainkan karena penderita mendapat istirahat yang cukup, diet yang baik dan tepat, melakukan gerakan badan yang adekuat yang pada akhirnya memampukan imunitas tubuh kembali berfungsi optimal sehingga mampu melawan bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Pada zaman sekarang, kontak manusia dengan zat kimia atau obat-obatan sulit dihindari. Pertanyaan berikutnya adalah obat apa yang harus diberikan, bagaimana penggunaannya, serta berapa dosisnya? Obat-obatan yang tersedia saat ini banyak sekali jumlahnya dan setiap tahun terus bertambah. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengetahui fungsi dan kegunaan setiap obat sebaik mungkin.

Kita dituntut untuk mampu memilih obat yang tepat untuk mengobati keadaan yang sedang kita alami. Biasanya obat bekerja dengan cara merangsang atau menekan aktivitas sel tubuh. Aksi obat dapat berupa intervensi terhadap aktivitas sel pada sel-sel benda asing yang masuk kedalam tubuh, atau merupakan tindakan pengganti terhadap zat/mineral/hormone yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memperoleh hasil optimal. Mekanisme kerja obat terhadap tubuh dapat secara spesifik (bisa secara agonis maupun antagonis) atau tidak spesifik (mengubah keadaan lingkungan kimiawi dari struktur sel tubuh, misalnya obat osmotic diuretik).

Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, Anda harus tahu cara menggunakan obat dengan sebaik-baiknya. Bentuk obat biasanya berhubungan dengan cara pemberiannya, yaitu Obat oral (lewat mulut) berdapat beberapa bentuk utama obat yang diberikan melalui mulut, yaitu tablet, kapsul, kaplet, sirup atau cairan. Dengan demikian Anda dapat memilih yang paling Anda suka, bila tablet terlalu besar untuk ditelan, pilihlah yang sirup. Obat suntikan (Injeksi IM, IV, SK), cara pemberian suntikan (injeksi) tergantung kepada keadaan penyakit dan jenis obat itu sendiri, bisa secara intramuskuler (IM), intravena (IV), subkutan/bawah kulit (SK) atau melalui infus. Obat diberikan dengan cara disuntikan bila memerlukan efek yang cepat, perlu efek setempat yaitu pada tempat suntikan, obat tidak dapat diberikan lewat mulut.

Supositoria (Supp), cara pemberian obat melalui atau dimasukkan lewat dubur. Obat dalam bentuk supositoria karena perlu efek setempat misalnya untuk wasir atau sebagai enema pada anus/alat pembuangan. Jenis obat yang tidak daoat diberikan .lewat mulut. Obat topikal adalah obat luar yang digunakan dengan cara langsung mengoleskannya pada kulit yang memerlukannya. Terdapat beberapa obat topikal, antara lain untuk kulit, mata, telinga dan hidung.

Beberapa hal tentang obat

Perlu dipahami bahwa jenis obat tertentu yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil. Beberapa jenis lain tidak boleh diminum bersamaan dengan yang lainnya, entah karena efek saling menguatkan (potensi) atau saling menetralisis (antagonis) yang dapat merugikan pengguna. Jadi saat kerumah sakit, apotek langsung saja beri keterangan penting kepada apoteker, diantaranya:
– Gejala yang ingin dihilangkan
– Riwayat alergi terhadap suatu obat ataupun adanya riwayat alergi dalam keluarga
– Sedang hamil atau menyusui
– Sedang atau baru saja minum obat bebas obat dari resep dokter berkaitan dengan masalah kesehatan hyang sedang dihadapi
– Bila sedang menjalankan program diet tertentu, misalnya rendah garam, gula dan lain-lain.

Waktu pemakaian obat

– Bila terdapat keterangan penggunaan suatu obat setiap empat atau enam jam, ini berarti jarak minum obat harus tepat sesuai petunjuk tersebut.
– Bila keterangannya digunakan tiga kali perhari, makna penggunaannya lebih fleksibel, artinya bisa minum obat pada pagi, siang sore atau malam hari.

– Minum setelah makan, ini berarti obat harus diminum selama atau segera sesudah makan.

– Minum sebelum makan, berarti obat diminum antara dua jam setelah makan terakhir dan satu jam sebelum makan lagi.
– Minum obat sewaktu perut kosong, artinya sama dengan minum obat sebelum makan.

 

Penggunaan obat pada anak-anak,

Memberi obat pada anak-anak harus hati-hati. Hati bayi dan anak kecil belum dapat berfungsi dengan optimal dalam mengolah bahan kimia dari peredaran darah. Hati anak dan bayi belum berkembang dengan sempurna. Kadar obat dalam darah anak kecil amat mudah terlampaui, dan untuk menghindari efek yang tidak diiinginkan, obat perlu ditakar dengan tepat dan mematuhi dosis yang dianjurkan. Perlu diingat, jangan mengencerkan atau memasukkan obat ke dalam susu bayi.
Jangan memberikan kepada anak obat resep untuk orang dewasa atau sisa obat orang lain. Bila menggunakan obat bebas, bacalah baik-baik petunjuk pada kemasannya atau tanyakan kepada apoteker. Jangan memberikan obat bebas untuk jangka waktu yang lama tanpa berkonsultasi dengan dokter. Dan jangan memberikan obat yang pernah membuat anak menunjukkan gejala mual, muntah, diare, ruam atau bengkak di mata dan persendiaan. Perbaruai persediaan obat bebas Anda setiap satu tahun.
Dalam pemberian obat pada bayi dan anak. Untuk bayi dan anak dibawah dua tahun, mintalah bantuan orang lain sehingga pemberian obat dapat dilakukan dengan baik.

Berikan obat sedikit demi sedikit, bila si bayi hendak memuntahkan obatnya, tuangkan obatnya ke pangkal lidah, lalu katupkan mulutnya dengan lembut. Pemberian obat untuk anak diatas dua tahun: mintalah anak untuk menutup hidungnya, untuk mengurangi efek rasa obat, tetapi jangan terlalu keras agar obat tidak terhirup bersama nafasnya.

Hancurkan obatnya, lalu campurkan dengan madu atau air dan buatlah agar semua takaran obat dihabiskan. Bila rasa obat menjadi masalah, maka campurkan obat tersebut dengan sirup atau madu. Siapkan minuman kegemaran si anak untuk mengurangi rasa obat yang tidak disukai.

 

Penggunaan obat pada wanita hamil,

Pemberian obat pada wanita hamil, sebaiknya dihindari karena pemberian zat-zat kimia kadang dapat membahayakan perkembangan janin. Kebanyakan obat ikut masuk ke janin melalui peredaran darah ibu lewat ari-ari (plasenta). Selain obat yang digunakan harus aman, juga perlu diperhatikan obat yang berpengaruh buruk pada janin pada masa kehamilan atau kondisi tetentu. Bila Anda sedang hamil atau berencana untuk hamil mintalah nasihat dokter sebelum meminum obat apapun yang dapat dibeli bebas sekalipun. Bila ada penyakit tertentu atau kronis yang pengobatannya lama, maka dokter akan meresepkan obat yang paling aman dan sesuai selama kehamilan. Jangan minum alcohol atau merokok, karena hal tersebut terbukti berpengaruh buruk terhadap perkembangan janin.

Pada saat hamil biasanya dokter akan memberikan obat yang berisi zat besi untuk mencegah kekurangan darah (anemia), dan multivitamin tambahan. Bila Anda muntah, dokter akan memberikan obat anti muntah yang aman pada masa kehamilan.

 

Penggunaan obat pada wanita menyusui

Sama seperti wanuta hamil, begitu pula dengan wanita yang menyusui. Obat-obatan dapat masuk ke janin melalui air susu ibu (ASI). Pada wanita menyusui, pemberian obat dilakukan bila memang sangat diperlukan atau tidak ada obat aman lainnya.

 

Cara menyimpan obat yang benar
– Simpanlah obat secara terpisah dari makan atau bahan makanan.
– Simpanlah obat di wadah aslinya, jangan ditukar dengan wadah lainnya.
– Hindari obat dari keadaan panas, terkena sinar matahari ;angsung, tempat lembab, dapur atau kamar mandi.
– Jangan disimpan di kulkas atau lemari pendingin, kecuali jika ada keterangan resmi untuk obat-obatan yang disimpan disuhu tertentu
– Pisahkan antara obat yang diminum dengan obat luar
– Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

 

Kapan penggunaan obat dihentikan?
Obat dari dokter/resep dokter
– Tanyakan kepada dokter/apoteker:

– Berapa lama harus minum obat
– Jika muncul efek samping, bolehkah berhenti minum obat?

– Bolehkah berhenti minum obat, bila merasa lebih baik?

– Apa yang harus dilakukan bila obat telah habis tetapi penyakit belum sembuh?

– Bagaimana jika lupa minum obat satu atau dua kali?

Obat tanpa resep dokter
Sebagai contoh obat pereda nyeri: Apabila setelah digunakan 2-3 hari panas tidak turun, atau setelah 5 hari tidak mereda, harap segera ke dokter atau unit pelayanan kesehatan lain misalnya puskesmas, klinik, rumah sakit. Umumnya obat yang dibeli sendiri hanya untuk meringankan gejala dan untuk penyakit ringan.

Dengan berbagai informasi diatas, gunakan obat secara tepat dan benar, bacalah informasi dengan cermat, antara lain: komposisi, indikasi, dosis dan cara pakai, efek samping, kontra indikasi dan tanggal kadaluarsa suatu obat. (*)