BANGKA TENGAH, LASPELA – Desa Sungkap Kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah menuju agro wisata gula aren.
Hal ini dikatakan Sekretaris Desa Sungkap Hendra Pawan dihadapan Subkoordinator Tatakelola Destinasi Pariwisata Provinsi, Yuliarsyah saat melakukan kunjungan kerja di Kantor Desa Sungkap, Selasa (12/12/2023).
Dia menyebutkan, ada beberapa produk yang cukup beragam dengan atraksi yang bisa ditawarkan merujuk pada konsep agrowisata berbasis gula aren.
“Kami berharap desa kami bisa memberikan kenangan kepada para wisatawan yang nantinya akan berkunjung. Apalagi Desa Sungkap ini akan menuju agro wisata gula aren,” ujarnya.
Menurut Hendra, dengan memberi nama Pokdarwis Tekenang Heketo mimpinya pengunjung bisa terkenang selalu dengan Desa Sungkap, maka akan
henang heketo atau senang selalu para wisatawan yang sudah berkunjung ke sini tadi.
“Tekenang Heketo itu artinya terkenang selalu untuk wisatawan yang berkunjung ke desa kami,” ucapnya.
Menyinggung perubahan dialek fonetik pada konsonan “s” menjadi “h”, pada penuturan senang menjadi henang, Hendra menjelaskan, secara penelitian memang belum pernah dilakukan. Sekilas mirip orang Toboali, sabang menjadi habang atau
semua dibunyikan hemua.
“Sebagai wilayah kepulauan, Bangka Belitung secara topografis terdiri dari sejumlah pulau-pulau besar dan ratusan pulau kecil yang dihuni beragam warna
lokal dan etnis. Masing-masing etnis dengan bahasanya yang spesifik tentu menjadi unik,” jelasnya.
Lanjutnya, keberagaman multikultural dan pluralistik dapat menampung berbagai perbedaan budaya, etnis, agama, dan ideologi. Warisan kultural dari nenek moyang berupa nilai dan akar tradisi, termasuk kearifan lokal inilah yang akan menjadi modal Desa Sungkap menjadi destinasi wisata.
“Kami berharap kearifan lokal menjadi identitas warga Desa Sungkap sekaligus memberikan kontribusi dalam membangun desa wisata yang berkualitas,” tambah Hendra.
Kearifan lokal, jelas Hendra juga diharapkan mampu merespons dan memberikan solusi atas tantangan Desa Sungkap kedepannya, seperti bagaimana
upaya meningkatkan kesejahteraan warga dan menjaga ekosistem alam yang ada dan tersedia saat ini.
Pada kesempatan sama Kepala Dusun I Desa Sungkap Firdaus menambahkan, luas lahan batang aren saat ini ada dua hektar dan sudah tertanam 500 batang. Lahan milik desa yang dikelola oleh Kelompok Tani Al Barokah.
“Sistemnya bagi hasil, setiap liter petani memberi ke desa sepuluh persen. Kalau harga satu liter Rp10.000, maka Rp1.000,- untuk kas desa,” tambahnya.
Dia menyebutkan, gula aren yang dihasilkan nanti akan dimanfaatkan sebagai olahan makanan dengan beragam varian, misal untuk gula kelapa, rebus ubi, air jahe dan kopi gula are.
“Selain mengandalkan wisata agrowisata berbasis gula aren, pengunjung nantinya bisa juga melihat proses produksi pabrik Sagu Rumbiyak yang kini tengah dipersiapkan dan lokasinya berdekatan dan lahan tanaman aren,” tuturnya.
Sementara itu, Edukasi Kearifan Lokal Berbasis Kelekak menurut Subkoordinator Tatakelola Destinasi Pariwisata Provinsi Bab, Yuliarsyah melihat potensi Desa Sungkap, konsep wisatanya nanti lebih ke edukasi tentang kearifan lokal berbasis kelekak.
“Agrowisata ini suatu bentuk wisata yang mengandalkan sektor pertanian di
dalamnya. Kalau disini kemungkinan konsep kelekak yang didepankan,” katanya.
Agrowisata, lanjut Yuliarsyah, cenderung memanfaatkan usaha agro sebagai sarana memperluas pengetahuan dan rekreasi di bidang pertanian. Dengan wisata agrowisata diharapkan dapat menghadirkan potensi sumber pendapatan dan keuntungan bagi masyarakat sekitar.
“Dengan pengembangan dan pembangunan agrowisata, para petani lokal akan
mendapat kesempatan untuk meningkatkan sumber pendapatan mereka,” jelasnya.
Dia menambahkan, kalau wisata agrowisata merupakan suatu objek wisata yang dibangun dengan mengangkat tema atau konsep dengan menggabungkan aktivitas pertanian dan aktivitas wisata.
Aktivitas pertanian dalam hal ini, lanjut Yuliarsyah, mencakup artian luas yaitu seluruh aktivitas dalam kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan
pertanian konvensional hingga model pertanian yang canggih atau modern.
“Dinas berupaya, namun semua dikembalikan kepada keinginan masyarakatnya. Kita hanya melakukanĺĺp pendampingan dan fasilitator saja, tinggal masyarakat yang menjalankan karena semua nantinya mereka yang menjalankan,” tutupnya.(chu/*)