PANGKALPINANG, LASPELA – Pemerintah Kota (Pemkot) Pangkalpinang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pangkalpinang mulai melirik potensi manuskrip dan tradisi lisan di Kota Pangkalpinang. Tak sekedar sebagai upaya melestarikan kebudayaan, tetapi juga bisa menambah pendapatan daerah.
Kepala Bidang Kebudayaan Kota Pangkalpinang, Ratna Purnamasari atau akrab di sapa Bunda Tudung Saji (BTS) mengatakan, beberapa daerah seperti Yogjakarta telah memanfaatkan manuskrip dan tradisi lisan sebagai upaya pelestarian budaya dan menghasilkan pendapatan.
“Di sana dari manuskrip itu diangkat dari sejarah Mataram sampai terakhir yang mereka sajikan itu adalah meletusnya gunung merapi, itu dikemas sedimikian rupa, kita nonton video itu. Tiket untuk menonton vidio itu dipatok Rp30 ribu dan dalam satu kali penayangan rata-rata ada 100 orang dalam waktu 90 menit,” ulasnya, belum lama ini .
“Bayangkan saja dalam satu kali penayangan ada berapa omset mereka dalam satu bulan, mereka bisa menghidupi diri mereka sendiri dengan itu,” katanya.
Ia menegaskan, dari manuskrip dan tradisi lisan ini banyak mimpi dan cita-cita, jika manuskrip itu bagian dari tradisi lisan dan tidak bisa dipisahkan.
Melihat hal ini, Ratna yakin Pangkalpinang juga mempunyai manuskrip dan tradisi lisan yang dapat dimanfaatkan seperti daerah lain.
“Pasti punya tapi selama ini tersimpan rapi, bukan yang dipasarkan dan digandakan, kalau digandakan tidak lagi mempan, ini yang benar-benar dipegang oleh orang-orang tua yang ditulis tangan,” ujarnya.
Dari Pemerintah Kota Pangkalpinang sendiri ingin mengangkat sebuah sejarah yang berumur paling tidaknya 50 tahun dan bernilai sejarah.
“Misalnya kayak uang picis Pangkalpinang, yang dibikin dulunya pakai tangan dari abad 18. Makanya kami pikir sebenanrya secara tidak langsung sudah juga melaksanakan itu tetapi kita yang tidak tahu,” sebutnya.
“Efek kepada kita yaitu rasa bangga, bahwa Pangkalpinang memiliki sebuah ikon yang ternyata dari zaman dulu ciri kedaeraan kita itu adalah daerah perdagangan,” pungkasnya. (dnd)