PANGKALPIANANG, LASPELA – Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Bambang Patijaya (BPJ) turut menyambut langsung Calon Wakil Presiden (Cawapres) RI, Gibran Rakabuming Raka, saat tiba di Bandara Depati Amir Pangkalpinang tadi siang (12/11).
Pada kesempatan ini, BPJ memasangkan, penutup kepala khas Babel, Destar kepada Calon Wakil Presiden (Cawapres) RI, Gibran Rakabuming Raka.
“Saya Bambang Patijaya. Ini topi yang biasa dipakai pahlawan Babel,” ujar BPJ usai memasangkan Destar ke Gibran.
“Oh iya, terimakasih,” balas Gibran.
Pada suatu kesempatan, BPJ pernah menyebutkan ketertarikannya memakai stanjak atupun Destar di berbagai kesempatan penting baik di daerah maupun di kegiatan nasional, termasuk saat berkegiatan sebagai anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Golkar Dapil Babel.
Menurut Tokoh Nasional ini, Destar sebagai penutup kepala ini sebagai simbol keteladanan. Destar sering dipakai sebagai penutup kepala Depati Amir seorang Pahlawan Nasional dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
“Sebagai putra daerah asli Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentu sangat bangga memiliki seorang pahlawan nasional yang gigih melawan penjajah. Untuk mengenang sosok beliau itu maka saya sekarang mengenakan Destar sebagai bentuk penghormatan,” ujar BPJ.
Makna lain dari mengenakan Destar tersebut lanjut Ketua DPD 1 Partai Golkar Bangka Belitung ini adalah semangat perjuangan dan keteladanan Depati Amir dalam memperjuangkan kebebasan dan hak-hak rakyat.
“Oleh karena itu sebagai politisi di Senayan sudah seharusnya pula saya memperjuangkan aspirasi masyarakat Bangka Belitung di tingkat pusat, Sebagai bentuk tanggung jawab saya kepada masyarakat Bangka Belitung,” terangnya.
Dia juga menuturkan pemakaian Destar dalam acara resmi kenegaraan maka akan menjadi sarana promosi dan daya tarik Bangka Belitung di kancah nasional, mengingat Destar saat ini sudah menjadi topi ciri khas masyarakat Bangka Belitung.
Tokoh Budaya Babel Datuk Akhmad Elvian menyebutkan bahwa Destar sendiri dalam bahasa Melayu berarti setangan kepala, tengkolok (tekulok), atau kain untuk ikat penutup kepala. Disebut setangan kepala atau ikat kepala karena kain setangan disusun atau dilipat dan diikat dengan bermacam-macam bentuk untuk dipakai pada kepala.
Ada bermacam-macam jenis destar, seperti destar beranting-anting, destar berapi-api yang biasanya digunakan oleh para penari dan pemusik Melayu, kemudian ada destar bertatah, yaitu destar yang disematkan dengan beberapa perhiasan untuk keindahan, selanjutnya ada destar hitam berkotak, yaitu destar yang digunakan oleh penghulu atau penggawe adat, ada lagi destar pelangi yaitu destar yang beraneka warna.
Disamping mengenakan songkok atau kopiah sebagai penutup kepala. Songkok atau Kopiah yang bersulam emas, bahkan merupakan salah satu tanda pengangkatan seorang batin atau depati atau rangga/kranggan di Pulau Bangka.
Destar sendiri kala itu sering dikenakan oleh Pahlawan Nasional Depati Bahrin dan Depati Amir yakni Destar Elang Bekelai atau berkelahi.
Bentuk awal ikatan destar Elang bekelai awalnya sama seperti mengikat tanjak Sekelopak Kembang, akan tetapi kemudian posisi simpul yang berbentuk seperti Elang bekelai diputar dan diletakkan di tengah dahi serta bagian kain yang menanjak di belakang ditekukkan ke depan dengan ujungnya diselipkan pada bagian antara dahi dan simpul untuk mengencangkan lipatan.
Destar Elang bekelai memiliki makna filosofis, bahwa orang yang mengenakannya selalu berada dalam posisi siaga untuk berjuang dalam simpul yang teguh dan kokoh.
Bagian kain yang menanjak lalu ditekuk menunjukkan, bahwa kekuasaan dan jabatan depati yang diberikan Belanda, ditekukkan atau dikembalikan kepada Belanda karena lebih mementingkan rakyat dan diputarbalikkan menjadi simbol perlawanan sebagai bentuk penentangan kepada penjajah.(rls)