Sejalan dengan Tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth, Babel Fokus Program Besar Tuntaskan Stunting

PANGKALPINANG, LASPELA – Sebagai Ketua ASEAN Tahun 2023, Indonesia memilih tema ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’, yang terbagi menjadi dua pilar besar, yakni ‘ASEAN Matters’ dan ‘Epicentrum of Growth’ dalam penyelenggaraannya.

Pada pilar ‘ASEAN Matters’ digambarkan upaya Indonesia mempersiapkan ASEAN agar terus mampu menghadapi berbagai tantangan, sekaligus menjadi motor stabilitas dan perdamaian kawasan, dengan penguatan terhadap kapasitas dan efektivitas ASEAN, persatuan ASEAN, dan sentralitas ASEAN. Sedangkan, pada pilar ‘Epicentrum of Growth’ menunjukkan fokus Indonesia mengarah kepada dua sektor, yakni partumbuhan ekonomi, dan arsitektur kesehatan.

Kesehatan Menjadi Prioritas Utama

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa mengatakan, Indonesia Sehat merupakan sasaran prioritas utama transformasi sosial pemerintah Indonesia terhadap pembangunan manusia. Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045, yaitu tercapainya 4 pilar Visi Indonesia Emas 2045 melalui pembangunan sistem kesehatan yang tangguh dengan target stunting di bawah 5%, selain prioritas kesehatan lain.

Stunting, Tantangan Menuju Indonesia Emas 2045

Namun, di antara segala target dalam bidang kesehatan, khususnya menyiapkan generasi Emas 2045. Apakah Indonesia sudah berangsur terbebas dari Stunting?

Pada permasalahan sumber daya manusia ini, stunting memiliki peran yang besar. Stunting merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pada pengembangan potensi bangsa (Unicef Indonesia, 2013).

Berdasarkan data dari sebaran indonesiabaik.id, stunting berkontribusi atas 15-17% kematian anak di seluruh dunia. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6%, maka artinya di negeri kita, 1 dari 5 anak Indonesia mengalami stunting. Menyadari hal ini, pemerintah Indonesia menyisihkan anggarannya untuk menyelesaikan permasalahan stunting.

Berdasarkan rilis indonesia.go.id, APBN memuat anggaran percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan melalui tiga intervensi, yakni intervensi spesifik, intervensi sensitif, dan intervensi dukungan yang melibatkan berbagai instansi dan lintas sektor.

Dalam program jangka pendek, upaya transformatif kesehatan yang dilakukan Indonesia melalui Kementerian Kesehatan melakukan pengembangan pelayanan kesehatan primer sampai tingkat desa dan kelurahan, seperti pemberian makanan tambahan, pembagian tablet tambah darah, promosi dan konseling menyusui, pemantauan dan promosi pertumbuhan, pemeriksaan kehamilan dan imunisasi. Selain itu, juga ada jaminan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) untuk penurunan stunting.

Program Besar #BabelBebasStunting

Melihat kenyataan itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam upaya pengentasan stunting, sudah melaksanakan melalui program besar dengan tagline #BabelBebasStunting, yang hingga saat ini terus gencar digaungkan. Dengan program itu, seluruh elemen di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyuarakan semangat kebersamaan, berperan aktif dalam menurunkan angka stunting di Bangka Belitung. Hal ini juga diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Kep. Babel, Oyon Rio Ricardo.

Oyon menyebutkan, saat Bangka Belitung menjadi tuan rumah forum ASEAN pada Maret, dan Juni 2023, dipaparkan komitmen penuh Provinsi Babel untuk mendukung Indonesia menjadikan Kawasan Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan, atau episentrum pertumbuhan. Langkah konkret yang dilaksanakan Babel seperti memberikan sosialisasi pola asuh seperti memberikan pelatihan konselor ASI bagi petugas kesehatan kabupaten/kota, memberikan pelatihan tentang pemberian makanan bayi dan anak bagi petugas gizi kabupaten/kota, melakukan kampanye dan sosialisasi gizi seimbang bagi siswa. Selain itu, juga dilaksanakan program stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), program kelas ibu, optimalisasi penggunaan buku KIA, KIE, peningkatan kapasitas petugas, kader, dan keluarga dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).

Pemantauan dan pengawasan terhadap program-program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat seperti pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis), dan bagi balita juga dilakukan, selain pemantauan pertumbuhan, peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan oleh petugas puskesmas, dan kabupaten/kota yang digunakan sebagai bahan evaluasi tentang keberhasilan pelaksanaan program. Di samping itu, untuk menumbuhkan kesadaran bersama agar program #BabelBebasStunting dapat terwujud, kegiatan sosialisasi, promosi kesehatan, edukasi, dan publikasi, baik melalui media konvesional maupun digital terus dilaksanakan secara masif di semua sektor terkait.

“Dengan demikian diharapkan bersama-sama, kita dapat mengatasi stunting dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak. Masyarakat pun diajak untuk bergabung dalam program ini sebagai perjuangan melawan stunting. Menerapkan berbagai tips pencegahan stunting perlu untuk terus dilakukan semua pihak untuk menambah edukasi mewujudkan #BabelBebasStunting menuju Generasi Emas 2045,” ujarnya. (ril)