Alami Pergeseran Budaya, Rusydi Sulaiman Ajak Generasi Muda Lestarikan Nganggung

SUNGAILIAT, LASPELA — Sebagai generasi muda, sudah menjadi keharusan untuk melestarikan budaya Nganggung yang menjadi warisan pribumi Bangka.

Pasalnya, budaya yang menjadi bentuk kearifan lokal Bangka itu kian hari mengalami sedikit pergeseran dalam hal pelaksanaannya.

Hal itu ditegaskan oleh Direktur Madania Center Bangka Belitung sekaligus Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) IAIN Syeikh Abdurrahman Siddiq (SAS) Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman saat menjadi narasumber, di SMA N 1 Sungailiat.

“Nganggung sampai saat ini masih tetap dilaksanakan, hanya saja mengalami pergeseran dalam hal memaknainya. Misalnya yang penting bawa makanan ke masjid atau tempat lain yang ditentukan. Padahal jika berdasarkan kearifan lokal membawa makanan hasil panen seperti nasi (beras cerak), aneka lauk pauk, dan makanan olahan ketan,” kata Rusydi, Senin (11/9/2023).

Selain itu, Nganggung biasanya dilakukan dalam tiga hal, diantaranya suka cita seperti PHBI, menyambut tamu kehormatan dan acara lainnya. Kemudian duka cita: kematian (milang ari), dan acara pernikahan (pahar).

“Dalam acara pernikahan saat ini sudah jarang ditemukan acara nganggung. Padahal dari zaman atok nek kita tradisi itu selalu dilakukan,” ujarnya.

Untuk itu, agar budaya Nganggung ini tidak hilang tertelan zaman, maka harus terus dilestarikan. Beberapa upaya untuk mempertahankan tradisi tersebut diantaranya, memperkenalkan sejak dini pada anak (ajak anak nganggung), kemudian melakukan pengayaan teori dan praktik di sekolah tentang pentingnya Nganggung.

Selain itu, membuat festival kebudayaan Nganggung, melestarikannya melalui kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dan lainnya.

“Terpenting adalah menyiapkan tudung saji dan dulang di setiap rumah, sekolah dan juga masjid. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada yang membawa dengan rantang atau box,” ucapnya.

Pastinya, kata Rusydi, tradisi Nganggung memiliki nilai-nilai kearifan lokal diantaranya mempererat keakraban, silaturrahim, gotong royong, kebersamaan, dan sikap saling berempati terhadap sesama.

Dijelaskannya, Nganggung dalam pribumi Bangka (Urang lom) berawal dari panen padi petik pertama (padi sebagai makanan pokok di Bangka). Nganggung sudah dilaksanakan sejak pribumi Bangka sebagai rasa syukur kepada Tuhan.

Bersamaan dengan itu, beberapa orang (kk) membangun panggung di ladang (Ume) dan melanjutkan aktifitas perladangan, mulai dari memanduk, memarung, nugel dan mene/ menanam padi cerak, pulut, dan tanaman palawija lainnya.

Hingga nantinya melakukan tradisi panen padi seperti membaruk, muruk jerami, nujuh jerami, ceriak nerang, dan maras taun. (mah)