Durian Tai Babi Capai Rp500 Ribu per Kilo, Sudah Empat Tahun Tidak Panen Raya

BANGKA BARAT, LASPELA – Durian dengan nama unik tai babi dari Kabupaten Bangka Barat (Babar) kini memiliki harga yang terbilang fantastis. Durian tersebut beserta kulit dihargai paling murah Rp500.000 perkilogram.

Nama tai babi diambil karena batang induk dari durian itu terdapat kandang babi, sekaligus kotoran dari hewan ternak warga itu menjadi pupuk.

“Itu di bawah batang induk ada kandang babi, maka disebut lh durian tai babi, karena yang punya pohon juga kalau jatuh rebutan sama babi dan pupuknya juga dari kotoran,” ungkap Nurhulis, salah satu petani durian dari Desa Air Belo, Kecamatan Mentok, Babar, Minggu (9/7/2023).

Buah dengan rasa yang khas itu sudah terdaftar secara nasional dengan nama Petaling Namlung 06. Nama namlung diambil dari pemilik batang induk yang berada di Kecamatan Parittiga, Babar. Pelepasan dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang berada di Kecamatan Petaling, Kabupaten Bangka.

“Duren tai babi asal Bangka Barat, batang induk di kampung Jebu, Kecamatan Parittiga, cuma pas pelepasan yang melepasnya dari BPTP Petaling Bangka Induk, karena pelepasan tahun 2006, jadi namanya Petaling Namlung 06,” katanya.

Nurhulis mengatakan, durian tai babi memiliki rasa khas. Rasa pahit dan manis menyatu dengan sempurna, kemudian ditambah tekstur yang lembut dan isi tebal siap memanjakan lidah penikmat buah berduri itu.

“Jadi durian tai babi ini dari kelengkapan rasa, berbeda dengan durian lain, dia ini pahitnya lebih cenderung pahit, pulen dan alkhololik, jadi bagi yang maniak memang dicari bener ni. Kalau pemula saya yakin nggak terlalu suka dengan namlung ini,” ucapnya.

Namun sayang, semenjak 4 tahun terakhir, petani lokal tidak mampu memproduksi buah secara maksimal, lantaran cuaca tidak menentu yang membuat putik bunga tidak bisa keluar. Dari 300 batang yang berdiri di atas lahan seluas 6 hektare yang memiliki 40 varietas dan puluhan batang tai babi hanya ada 5 pohon yang berbuah.

“Produktivitas durian di Bangka Barat sudah 4 tahun ini sedikit, karena faktor cuaca yang tidak menentu. Durian harus 18 hari tanpa hujan, baru bunga keluar, sedangkan sekarang seminggu hujan, kadang 3 hari ada hujan, sehingga sedikit yang keluar. Cuma 5 pohon yang berbuah, itupun sedikit nggak nyampai 30 satu pohon,” ungkapnya.

Nurhulis mengatakan, terakhir panen raya di tahun 2019 yang mampu menjual 2 ton buah durian. Setelah itu, buah menurun dan hal tersebut juga yang mempengaruhi harga menjadi melambung.

“Kalau dulu-dulu panen raya ditahun 2018 dan 2019 itu diharga 1 kilo 250. Karena sekarang langka dan sedikit jadi di harga diatas 500 perkilo, sama kulitnya ditambang. Sekarang ini paling untuk makan, nggak bisa suplay keluar, cuma ngasih relasi kita, tahun ini panen tertutup, nggak terbuka, karena tidak mencukupi,” katanya. (oka)