PANGKALPINANG, LASPELA — Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pemprov Babel) mendukung aplikasi pengolahan buah sawit menjadi crude palm oil (cpo) yang dilakukan oleh Pusat Riset Agroindustri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), untuk peningkatan daya tawar petani sawit mandiri sentra sawit rakyat di Provinsi Babel.
“Kita berikan dukungan kepada BRIN yang bekerjasama dengan BPDPKS diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Babel,” katanya, saat menghadiri kegiatan aplikasi pengolahan buah sawit menjadi CPO di Pangkalpinang, Rabu (21/6/2023).
Ia menyebutkan, petani sawit di Babel selama ini masih menjadi pihak ketiga, memasok buah sawit ke perusahaan kelapa sawit melalui tengkulak, sedikit petani yang bermitra langsung dengan perusahaan.
Akibatnya, alur rantai pasok CPO yang terbilang panjang. Kondisi tersebut membuat posisi petani sawit mandiri lebih lemah karena harga dan persyaratan kelayakan TBS ditentukan oleh perusahaan.
Dengan adanya inovasi ini, ia berharap petani juga bisa mengolah tandan buah segar (tbs) agar memiliki nilai jual lebih tinggi serta meningkatkan ekonomi petani.
Kepala Pusat Riset Agroindustri BRIN, Mulyana Hadipernata menilai masih banyak produksi buah sawit petani menggantungkan penjualan buahnya pada penerimaan atau pembelian oleh pabrik kelapa sawit (PKS) perkebunan besar yang juga telah memiliki kebun sendiri dan kebun yang terikat milik masyarakat sekitar atau plasma.
“Sehingga TBS dari kebun rakyat hanya menjadi penyangga jika buah produksi kebun sendiri dari perkebunan besar tidak mencukupi,” ujarnya.
Diharapkan hasil riset Pusat Riset Agroindustri – BRIN ini bisa dimanfaatkan dan menjadi peningkatan daya tawar petani dalam rantai pasok industri sawit.
Kepala Divisi UKMK BPDPKS, Helmi Muhansyah menambahkan, kemitraan di dalam industri sawit masih diperlukan sekarang ini. Untuk itu, pihaknya akan mendorong dengan instrument yang dimiliki untuk menjadikan petani merdeka.
“Tetapi kemitraan tidak lagi hubungan anak dengan bapak antara petani sawit dan perusahaan, melainkan sebagai dua institusi yang merdeka. Setelah merdeka baru bermitra. Jadi bermitra yang sehat, kedua pihak akan diuntungkan,” pungkasnya.
Sementara, periset BRIN, ndra Budi Susetyo menyebutkan hasil riset BRIN untuk pasca panen dalam pengolahan sawit pada skala petani yaitu press buah sawit bekerja sama dengan peneliti MAKSI dan pemurnian hasil pemerasan buah agar didapat hasil CPO yang memenuhi standar industri dengan menerapkan teknologi tepat guna dan sederhana dengan target bisa dioperasikan oleh tingkat petani.
“Selain pengenalan teknologi, para petani juga dikenalkan skema bisnis dalam pengolahan hasil panen buah sawit berbasis kawasan,” paparnya.(chu)