PANGKALPINANG, LASPELA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, pada semester dua tahun ini (Juli – Desember 2023) akan terjadi fenomena El Nino yang melanda Indonesia, tidak terkecuali wilayah Bangka Belitung (Babel).
Kepala Analisa Prakiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Pangkalpinang, Slamet Supriyadi mengatakan untuk saat ini masih 50-60 persen bahwa Indonesia akan dilanda fenomena El Nino.
“Fenomena El Nino ini identik dengan pengurangan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia, yang berdampak pada lingkungan, seperti kekeringan kemudian kebakaran hutan dan lahan,” kata Slamet usai menjadi salah satu narasumber pada Sosialisasi Pencegahan serta Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang berlangsung di Fox Harris Hotel, Selasa (23/5/2023).
Dia menyebutkan, fenomena El Nino sebenarnya lebih identik pengaruhnya kepada wilayah Indonesia bagian Timur atau tengah hingga timur.
“Sedangkan wilayah barat Indonesia sendiri, dari mulai Kalimantan hingga Sumatera memang ketika fase El Nino barada pada fase lemah hingga moderat (tengah), itu biasanya tidak begitu berpengaruh kepada cuaca ekstrim wilayah tersebut,” ujarnya.
Tetapi ketika nantinya, pada bulan Agustus atau September, fenomena El Nino berubah menjadi fase moderat ke fase kuat, seperti yang terjadi pada tahun 1998, dimungkingkan bisa terjadi kekeringan yang luar biasa.
“Kita ketahui pada tahun 1998 fenomena el nino berubah dari fase moderat menjadi kuat, terjadi kemarau yang panjang, berpotensi kekeringan melanda,” ungkapnya.
Berdasarkan pengalaman pada tahun 2019, Provinsi Babel di sekitar daerah Kabupaten Bangka Barat (Babar) dan Belitung cukup rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Yang paling berdampak besar karena kebakaran hutan dan lahan pada waktu itu ada di Kabupaten Bangka Barat, yang penyebabnya karena aktivitas manusia baik disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya, membuang puntung rokok sembarangan dan membakar lahan,” ujarnya.
Menurutnya, perkiraan musim kemarau di Babel pada tahun ini nampaknya seluruh wilayah zona musim di Babel dari keenam wilayah zona musim itu semuanya diperkirakan hujannya berada pada kategori di bawah normal.
“Dan ini sempat menjadi perhatian kita dan juga kepala BMKG pusat, bahwa hati-hati untuk wilayah yang memang diprediksi hujannya musim kemarau berada pada kategori di bawah normal. Tetapi jika dikaitkan dengan El Nino fase lemah seharusnya tidak terlalu berpengaruh signifikan,” tuturnya.
Namun demikian, Ia menyebutkan masih akan terus dipantau setelah masuk di awal-awal kemarau yakni sekitar bulan Juni, pastinya BMKG akan memberikan suatu kejelasan lebih lanjut terkait apakah El Nino lemah itu akan berpengaruh terhadap kategori hujan di bawah normal ini.
“Kita masih terus melakukan kajian dan pantauan terkait update kondisi terkini, dan kita meminta masyarakat untuk tetap memantau status BMKG yang kita share setiap hari. Sehingga informasi apapun menjadi kesiapsiagaan kita dalam mencegah sejak dini apapun yang akan terjadi,” imbuhnya.
Dia menambahkan, untuk fenomena El Nino diperkirakan puncaknya pada bulan Agustus dan September 2023. Saat ini baru mulai memasuki masa peralihan, dan di Babel memasuki musim kemarau pada pertengahan bulan Juli.
“Kami juga mengimbau kepada masyarakat, pada saat musim kemarau jangan membakar apabila tidak dikendalikan dan jangan membuang puntung rokok sembarangan,” pintanya.(chu)