Ia menyebutkan, mereka tak selalu mulus dalam bercocok tanam, seperti gagal saat menaman cabai.
“Sebelumnya kami banyak mengalami kegagalan, di mana banyak hama, penyakit dari pohonnya dan juga yang lainnya. Namun seiring berjalan waktu akhirnya kami dapat melakukan panen perdana, dan hal itu membuat kami menjadi lebih bersemangat untuk bercocok tanam,” ungkapnya.
Ke depan, pihaknya berencana untuk belajar membuat pupuk kompos dengan memanfaatkan daun kering yang ada di sekitar situ.
“Saya berharap program ini tetap ada di asrama, agar lingkungan di asrama dapat termanfaatkan dengan baik dan memberikan keuntungan bagi para siswanya. Terima kasih PT Timah yang telah mendukung kegiatan siswa. Semoga PT Timah tetap jaya, dan terus memberikan manfaat yang lebih baik bagi masyarakat Bangka Belitung,” ungkap Dafit.
Sementara itu, Muhammad Tarmizi (17), siswa kelas 11 ini juga menuturkan jika dirinya sudah terbiasa dalam dunia pertanian, sebab kedua orang tuanya merupakan petani. Siswa asal Desa Zed ini juga berharap, ke depannya tidak hanya bercocok tanam tapi juga bisa melakukan kegiatan lainnya seperti berternak ikan ataupun unggas.
Leave a Reply