PANGKALANBARU, LASPELA – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menggandeng PT PLN (Persero) Wilayah Bangka Belitung (Babel) menggelar Forum Group Discussion (FGD) untuk rehabilitasi lahan bekas tambang yang terlantar dengan Fly Ash Bottom Ash (FABA) PLTU, berlangsung di Hotel Novotel, Senin (20/03/2023).
Dalam FGD menghadirkan beberapa narasumber, yakni Kemenko Marves, Kementerian LHK, Dinas LHK Babel, IPB, PT LAPI ITB, PT PLN , PT Bukit Asam, PT Timah, tamu undangan lainnya yang turut juga hadir melalui daring.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementrian Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Nani Hendiarti mengatakan ada beberapa hal yang di bahas dalam FGD ini yakni bagaimana mendorong pemanfaatan FABA untuk percepatan reklamasi pemulihan bekas tambang terlantar. Serta bagaimana mendorong pemanfaatan FABA sebagai pupuk untuk program pengembangan co-firing biomass melalui penanaman pohon Hutan Tanaman Energi (HTE).
“Babel termasuk daerah yang dilakukan percepatan pemulihan lingkungan akibat kegiatan pertambangan,” kata Neni dalam sambutannya secara virtual melalui meeting zoom.
Dia menyebutkan, dari hasil uji coba yang dilaksanakan oleh PLN PLTU Asam Asam dan PLTU Ombilin dengan pemanfaatan Fly Ash Bottom Ash (FABA) sebagai bahan pencampur dan pelapis batuan PAF untuk pencegahan Air Asam Tambang (AAT) terbukti dapat menaikan PH lahan ex tambang dengan dari PH Asam (2-3) menjadi PH netral (6,5-7,5).
“Terbukti hasil uji coba dengan pemanfaatan FABA oleh PLN PLTU Ombilin bahwa dengan pemberian 5 ton FABA per hektar ini terbukti dapat meningkatkan produktivitas tanaman jagung sebesar 15,5 persen dan Padi sebesar 15,16 persen,” ujarnya.
Lanjutnya, lahan bekas tambang yang terlantar merupakan dampak atau hasil kegiatan pertambangan yang tidak dikelola dengan baik sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
“Untuk itu melalui FGD ini kita ingin bersinergi untuk mencegah atau mengantisipasi agar tidak terjadi kerugian, seperti melakukan rehabilitasi lahan bekas tambah melalui HTE,” jelasnya.
Sementara itu, General Manager PLN IUW Babel, Ajrun Karim mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung sekali penggunaan FABA untuk rehabilitasi lahan bekas tambang yang ada di Babel.
“Kita sambut baik dan sangat mendukung sekali penggunaan FABA ini, apalagi kita ketahui bersama bahwa wilayah Babel ini masih banyak sekali lahan bekas tambang timah, dimana hal itu menjadi permasalahan sendiri terhadap lingkungan,” ujarnya.
Dengan rencana itu diharapkan lahan bekas tambang dapat digunakan atau dikonservasi untuk tanaman energi yang nantinya bisa digunakan atau dikembalikan untuk pengganti batubara.
“Kita berharap lahan bekas tambang ini dapat di pulihkan, di konservasi dan bisa digunakan untuk tanaman energi,” harapnya.
Arjun menyebutkan, sisa pembakaran batubara atau fly ash bottom ash (FABA) di Babel ada dua titik di PLTU Bangka dan PLTU Belitung, Bangka sekitar 30-35 ton perhari di Belitung 20-25 ton perhari.
“Jadi untuk total stok sekitar 100 ribuan ton lah. 50 ribu di PLTU Bangka dan 40 ribuan di Belitung,” ucapnya.
Disampaikan Arjun, yang memanfaatkan FABA ini mulai dari masyarakat umum, pemerintah, akademisi, perkebunan, wirausaha.
“Jadi pemanfaatannya sudah berbagai macem yang pertama untuk infrastruktur mulai dari jalan, jembatan, dinding beton, segala sesuatu yang berbasiskan semen,” jelasnya.
Terkait dengan tanaman energi, memang diakui Ajrun, untuk di Babel saat ini baru memiliki tanaman energi jenis kaliandra dan sudah berjalan yakni tandan kosong dan cangkang sawit.
Akan tetapi, kedepan pihaknya juga akan mengembangkan tanaman energi jenis Gamal di beberapa lahan yang telah di uji cobakan, dengan harapan hal tersebut juga bisa dilakukan di beberapa tempat yang selama ini jadi bekas lubang tambang.
“Nanti kita ngikuti arahan gubernur, karena dari Pemprov Babel, dan lahannya kan bukan milik kita,” sebutnya.
Dia menambahkan, untuk pemanfaatan FABA di Bangka Belitung mengalami kenaikan hampir 200 persen.
“Jadi deposit kita dulu hampir 100 ribuan sekarang sudah hampir separuh berkurang. Dan yang paling banyak memanfaatkan FABA ini para pelaku UMKM,” tutupnya.(chu)