Selain Menyambut Rezeki, Imlek Juga Momentum Kumpul Keluarga dan Mengingat Leluhur

PANGKALPINANG, LASPELA – Perayaan Imlek bagi etnis Tionghoa ialah sebuah perayaan untuk menyambut limpahan rezeki baru yang lebih diberkahi Tuhan, selain menyambut rezeki baru Imlek juga sebagai momentum kumpul keluarga dan mengingat para leluhur.

Menurut kepercayaan Tionghoa malam tahun baru Imlek juga untuk mendoakan negara agar tetap aman dan makmur serta kesejahteraan dan memohon untuk dihindarkan dari bencana alam.

“Pada malam Tahun Baru Imlek ada tradisi untuk kumpul bersama dengan seluruh anggota keluarga, mereka yang mampu biasanya makan bersama diluar rumah seperti di restoran sambil menceritakan pengalaman masing-masing, selain itu juga ada tradisi mendatangi Kelenteng bagi yang beragama Konghucu untuk melakukan doa bersama,” ujar Budayawan Bangka Belitung (Babel), Akhmad Elvian, Senin (23/1/2023).

Tahun Baru Imlek juga dimanfaatkan warga Tionghoa yang beragama Konghucu mendatangi kelenteng sembahyang sembari mengucap syukur dan memohon atau sembahyang awal tahun.

Usai melakukan sembahyang, yang di kelenteng berikutnya mereka mengunjungi orang tua mengucapkan gong xi si nian atau Selamat tahun baru atau Gong Xi Fa Cai yang artinya semoga murah rezeki.

“Setelahnya barulah mereka saling mengunjungi ke tempat sanak saudara lainnya, secara tradisional orang tua biasanya memberikan angpao bagi anak-anak yang mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek,” jelasnya.

Ada beberapa yang dilakukan oleh warga Tionghoa Bangka saat menyambut Tahun Baru Imlek pada sehari sebelum hari raya Imlek, biasanya mereka melakukan sembahyang kepada leluhur, menyajikan persembahan sembahyang seperti kue, buah dan daging kepada arwah orang tua dan leluhur yang meninggal, persembahan tersebut disajikan di atas altar sebagai bagian dari wujud bakti kepada orang tua dan leluhur.

“Biasanya mereka membersihkan altar, patung dan peralatan sembahyang lainnya hal ini umumnya dilakukan satu minggu sebelum Sincia atau Imlek atau Kongyan, selain itu satu hari sebelum Sincia bagi yang memiliki arter leluhur di rumah mereka melakukan sembahyang terhadap leluhur, bagi yang tidak memiliki mereka menggelar meja di teras atau halaman rumah untuk sembahyang,” urainya.

Paling penting pada saat sembahyang untuk menghormati leluhur adalah menggelar sesaji berupa buah-buahan sayur-sayuran bagi yang vegetarian, samsang tiga jenis daging, bagi yang tidak mampu cukup menyediakan satu butir telur ayam pun sembahyang dianggap sah dan tidak boleh dilupakan adalah menyediakan masakan kesukaan leluhur semasa hidupnya.

Peralatan sembahyang pun antara lain Garu atau lilin, uang-uang kertas, Kimchi, 3 macam kue, 3 macam buah, 3 macam daging 5 cangkir kecil teh dan 3 cangkir kecil ala.

“Ada tradisi yang diwarisi orang Tionghoa, Tahun Baru Imlek adalah membersihkan rumah mengecat dan menyapu bersih semuanya, sampah, pagar dan pekarangan rumah pun mereka rapikan mereka juga memasang berbagai perhiasan berwarna merah menyala sebagai simbol bahagia,” sebut Elvian.

Ada dua warna yang identik dengan Imlek yaitu merah dan kuning emas, dimana warna merah melambangkan kesuburan dan kuning emas melambangkan kemakmuran pada saat datangnya Tahun Baru Imlek masyarakat tionghoa akan menghiasi rumahnya dengan pernak-pernik yang dominan berwarna merah dan kuning emas.

“Begitu pula nuansa warna yang menghiasi genteng ada banyak versi sejarah Tahun Baru Imlek tetapi makna yang paling hakiki yaitu kita mengganti tahun lama ke tahun baru dengan harapan tahun baru akan menjadi lebih baik,” tuturnya. (dnd)