SUNGAILIAT, LASPELA — Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Bambang Patijaya meminta agar mahasiswa tidak tergiring dengan politik identitas jelang Pemilu 2024 mendatang.
Pasalnya, politik identitas disebutnya bisa merusak sendi-sendi persaudaraan atau bahkan menuju jurang perpecahan.
Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber dalam acara Ngumong Politik (Ngutik) dengan mengusung tema ‘Peran Mahasiswa Menyambut Pesta Demokrasi 2024’, di Graha Stisipol Pahlawan 12 Bangka, Jumat (18/11/2022).
“Mahasiswa itu jangan sekali-kali tergiring pada politik identitas. Mahasiswa harus cerdas memainkan perannya sebagai agen perubahan untuk mendorong keutuhan NKRI,” tegas Bambang Patijaya dihadapan mahasiswa.
“Apakah ada kelompok yang akan memainkan politik identitas ini ? pasti. Makannya, mahasiswa harus bisa menjadi pelurus,” tambahnya.
Politik identitas, lanjut BPJ sapaan akrabnya, bukan hanya menyenggol tentang golongan, tapi juga menyangkut soal agama, ras serta suku. Bahkan hal ini pernah terjadi pada Pemilu 2019 lalu.
Apalagi Indonesia adalah bangsa yang majemuk terdiri dari 1.340 suku, 740 bahasa, dan 275 juta penduduk.
“Kita masih ingat polarisasi (dua kubu) yang terjadi di Pemilu sebelumnya dan ini menimbulkan suasana tidak nyaman yang masih membekas hingga sekarang,” bebernya.
“Memang benar kita banyak kubu-kubu, Tapi bukan untuk dibenturkan kemudian muncul persolan sosial. Politik identitas yang disampaikan oleh kelompok tertentu untuk merugikan calon tertentu dan menguntungkan calon tertentu. Padahal, dampak dari politik identitas bisa memicu konflik. Yang harus kita dikedepankan adalah politik kebangsaan yang mengusung paham-paham dan gagasan persatuan ,” tandasnya.
Untuk itu, ia meminta agar mahasiswa bukan hanya waspada dengan politik kebangsaan, namun juga harus mengedepankan bagaimana bisa pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
“Partai politik mana yang bisa membawa Indonesia lebih maju, mana yang bisa mempersatukan Indonesia, mana yang bisa menjembatani semua perbedaan, mana yang bisa merangkul kita menjadi suatu kekuatan itu yang kita pilih. Untuk pilihan partai mana, kami persilahkan sepenuhnya kepada mahasiswa,” tandasnya. (mah)