Oktober 2022, Babel Alami Deflasi 0,55 Persen

* Sinergi TPID dan Stakeholder dalam Stabilisasi Harga

PANGKALPINANG, LASPELA – Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel)
mengalami deflasi sebesar 0,55 persen pada bulan Oktober 2022, secara tahunan  mengalami inflasi sebesar 6,23 persen (yoy), menurun dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 6,67 persen (yoy).

Plt Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Babel, Agus Taufik mengatakan deflasi ini lebih rendah dibandingkan nasional yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,11% (mtm).

Ia menyebutkan secara umum, deflasi pada Oktober 2022 disebabkan oleh penurunan indeks harga barang/jasa yang masih didominasi bahan makanan (volatile food) -2,89% (mtm).  Sementara itu, angka inflasi kelompok barang dan jasa yang harganya diatur oleh pemerintah (administered price) dan  komponen inti inflasi (core inflation) cukup terkendali, masing-masing sebesar 0,30% (mtm) dan 0,11% (mtm).

Kelompok volatile food melanjutkan deflasi, setelah pada bulan September mengalami deflasi 0,50% (mtm). Mengacu pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia pada minggu ke-4 Oktober 2022.

“Harga bahan pangan strategis seperti aneka cabai, bawang merah, daging sapi, daging ayam, telur ayam ras, bawang putih, minyak goreng, gula pasir menurun sejalan dengan peningkatan ketersediaan pasokan memasuki musim panen, baik lokal maupun daerah sentra,” ujarnya, Rabu (2/11/2022).

Selain itu, berbagai komoditas perikanan, seperti ikan tenggiri, ikan bulat, ikan selar, ikan kembung, ikan singkur, udang basah, dan kerang juga mengalami penurunan sejalan dengan jumlah tangkapan nelayan yang meningkat.

“Dari sisi administered price, penurunan harga tiket pesawat masih berlanjut.  Harga tiket angkutan udara Babel tercatat mengalami penurunan 11,35% (mtm) pada Bandara Depati Amir dan 18,70% pada Bandara HAS Hanandjoeddin, sehingga berkontribusi pada penurunan kelompok administered price,” ujar Agus.

Secara spasial, kata dia, kedua kota sampel di wilayah Babel mengalami deflasi. Kota Pangkalpinang mengalami deflasi sebesar 0,30% (mtm) sedangkan kota Tanjung Pandan deflasi 1,00% (mtm).

“Deflasi kota Pangkalpinang didorong oleh komoditas penyumbang andil deflasi antara lain, Ikan selar, angkutan udara, cabai merah, telur ayam ras, dan bawang merah,” jelasnya.

Lanjut Agus, sedangkan deflasi di Tanjung Pandan dipengaruhi oleh penurunan andil indeks harga komoditas bahan makanan seperti bensin, rokok kretek filter, air kemasan, minyak goreng, dan jeruk. Secara tahunan, Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 6,98% (yoy), sementara kota Tanjungpandan mengalami deflasi 4,92% (yoy).

“Tingkat inflasi di Babel yang semakin terjaga tidak terlepas dari berbagai upaya strategis pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama stakeholders terkait, antara lain mengintensifkan pemantauan harga dan jumlah pasokan, meningkatkan intensitas operasi pasar dan sidak harga pasar di seluruh wilayah Babel,” bebernya.

Ia mengatakan, selama Oktober 2022, telah dilaksanakan 41 kegiatan operasi pasar/pasar murah yang menjual aneka cabai dan bawang, minyak goreng, gula pasir dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan harga pasar.

“Bank Indonesia juga mendukung perluasan Kerjasama Antar Daerah (KAD), memfasilitasi pelaksanaan business matching pembiayaan klaster komoditas ketahanan pangan oleh perbankan, perluasan urban farming oleh PKK, kelompok tani, kelompok wanita tani, dan pondok pesantren,” ungkapnya.

Bank Indonesia melalui TPID, tandasnya terus mendorong pemerintah daerah untuk mengantisipasi tekanan inflasi yang terjadi menjelang akhir tahun terutama karena faktor gangguan cuaca yang disertai peningkatan permintaan menjelang libur Natal dan Tahun baru.

“Upaya menjaga kelancaran distribusi pangan di pelabuhan penyeberangan dan menjaga jumlah pasokan komoditas ikan-ikan, merupakan beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga inflasi Bangka Belitung semakin terkendali,” tutupnya.(*/chu)