PANGKALPINANG, LASPELA – Jainatul Naim, remaja berusia 13 tahun warga Air Itam Kota Pangkalpinang, hanya bisa terbaring lemah di atas kasur sejak April 2022 lalu. Bagian mata kirinya sudah tertutupi benjolan seperti bola kasti, dengan urat-urat yang nampak jelas. Sedangkan di atas mata kanan, benjolan serupa pun membengkak.
Naim, biasa ia panggil hanya bisa melihat dengan satu mata, yakni kanan. Kakinya telah lumpuh, tak lagi merasakan apa-apa.
Semua aktivitasnya terhenti, ia tak lagi bisa bersekolah. Siswa kelas 7 SMP 10 Pangkalpinang itu mulai merasakan gejala pada pertengahan puasa, April lalu.
Ia hanya terbaring di kasur, dalam kamar ukuran tiga kali tiga meter. Tanpa mengenakan pakaian, ia hanya diselimuti kain sarung, dan pempers.
Sisi kiri pintu kamar, tergantung kipas angin yang mengarah ke Naim, ia merasa panas meskipun tak menggunakan baju atau cuaca dingin, kipas angin pun nyala 24 jam.
Didepan Naim, ada sebuah TV tabung, yang sesekali ia minta hidupkan, menonton televisi sambil menghabiskan waktu berjalan.
Rumah Naim berada di Jl. Masjid Al Husna, atau bisa saja masuk dari Jl. Pasirpadi ke gang Perumahan Indo Waneka menuju Jl. Masjid Al-Husna.
Hayati, ibunda Naim menyebutkan, awalnya Naim memang memiliki riwayat penyakit seperti kelenjar di tenggorokan. Kemudian ketika semua anak diwajibkan vaksin, Naim pun ikut vaksin.
Ia diantar ibunya ke puskesmas, dan berkonsultasi sebelum disuntikkan vaksin sinovac.
“Kan ditanya sebelum vaksin, ada riwayat sakit apa, saya bilang Naim ada kelenjar di tenggorokan, kami baru dua hari pulang rawat dari rumah sakit. Dokter bilang nggak apa-apa dan diberi vaksin sinovac,” kata Yati.
Setelah vaksin pertama, selang beberapa pekan Naim kembali mendapatkan suntikan vaksin kedua.
Petaka mulai datang, tiga pekan setelah vaksin, benjolan di mata kanan Naim mulai muncul, awalnya kecil lalu tumbuh besar, selang beberapa minggu tumbuh lagu benjolan di mata kiri.
“Dokter bilang bukan karena vaksin, tapi memang karena sudah ada penyakit bawaan. Tapi kan bisa saja menjadi semakin parah setelah divaksin,” tukasnya.
Tak hanya di bagian kepala, benjolan pun membengkak di bahu kiri Naim, mengkilat, urat-urat berwarna biru tampak jelas terlihat.
“Pertumbuhan benjolannya cepet, padahal kalau hanya kecil Naim masih bisa sekolah dan bermain, karena nggak sakit katanya,” ujarnya.
Naim mulai tak bisa bergerak, ketika ia merasakan sakit dari perut hingga ke kaki, bahkan pernah ia merasakan kakinya panas seperti kena knalpot motor.
Sang bunda membantu meringankan rasa sakit dengan menempelkan kain basah ke kaki Naim, tapi rasa panas yang dialami katanya masih dirasa.
“Sempat dibawa berobat, ke RSBT dirujuk ke RSUP, kemudian kata dokter ke RSUD Sungailiat, diketahui Naim sakit tumor saraf tulang,” bebernya.
Dokter menyarankan Naim untuk menjalani kemoterapi di Jakarta, meskipun tak bisa sembuh total tetapi setidaknya dapat menahan laju perkembangan kanker/tumor yang diderita.
“Kalau sekarang obat yang didapat hanya obat nyeri dan vitamin. Bukan untuk menyembuh,” imbuhnya.
Yati pun berusaha pengobatan alternatif, berharap dapat menyembuhkan penyakit yang diderita anak keduanya. Tapi sayang, masih belum membuahkan hasil.
“Kalau kemo, kami terganjal biaya, ayahnya hanya kerja serabutan, saya pun sebisanya bantu berjualan. Walaupun katanya biaya ditanggung BPJS, tetapi untuk keberangkatan, biaya hidup dan lainnya juga butuh biaya, apalagi saya punya anak kecil adik Naim yang baru duduk di kelas 1 SD, kalau ditinggal gimana nanti yang jaga dan ngurusin,” urainya.
Kini Yati hanya bisa pasrah, menunggu uluran bantuan dermawan untuk membantu pengobatan anaknya.
Setiap hari, waktunya dihabiskan untuk menjaga dan merawat Naim, memandikan buah hatinya, menyuapi makan dan memberikan obat.
Naim juga kerap minta ditemani, digosok bagian punggung, tangan atau kepalanya. Ia kadang menghabiskan waktu dengan menonton televisi, bermain ponsel, atau melamun.
“Kalau makan masih normal, beberapa waktu lalu makannya sedikit, sekarang sudah mulai banyak, minum dia pake botol,” ujar Yati.
Naim masih lancar berbicara, sesekali ia minta berbagai macam hal pada ibunya, terkadang bercerita tentang sekolah dan teman-temannya.
“Naim masih mau sekolah,” jawabnya lirih ketika ditanya.
Ia pun masih menjawab beberapa pertanyaan lain saat bercerita. Bahkan ia bercerita paling suka bermain game freefire atau ff.
“Sekarang lah jarang, nggak ada paket,” ujarnya.
Ketika dikunjungi tadi pagi, Naim minta disuapin makan. Setelah selesai, ia minum air putih yang sudah disiapkan.
Do’akan Naim lekas sembuh ya, atau untuk berdonasi membantu Naim bisa menyalurkan bantuan melalui rekening BRI milik ibunya, Hayati dengan nomor 219301007955504, atau bisa menghubungi ponsel 083879052238. (Sih)