MENDO BARAT, LASPELA — Buku berjudul “Kemuja: Serambi Makkah Untuk Peradaban Dunia” yang ditulis oleh Tim Madania Center Bangka Belitung memiliki sejarah dan historis yang kuat.
Direktur Madania Center Babel yang juga selalu ketua Tim Penulis, Rusydi Sulaiman mengatakan, Kampung Kemuje (Desa Kemuja) sebagai kampung agamais atau kampung religius, banyak melekat nilai-nilai kearifan lokal.
Untuk itu, menurutnya, nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal ini perlu diangkat kembali sebagai kejayaan masyarakat Kampung Kemuje.
“Kemudian, banyak juga para pemuda tidak tahu tentang sejarah Desa Kemuja. maka itu perlu dikenalkan kepada mereka secara mendalam,” kata Rusydi.
Selain itu, ia juga mengatakan, ada aspek yang sangat kuat dimiliki masyarakat Desa Kemuja, yaitu prinsip-prinsip yang ditanamkan para orang tua, misalnya prinsip kewirausahaan dalam menghasilkan rempah-rempah, karet dan lainnya.
“Meskipun anak-anak Desa Kemuje ini sudah bisa mandiri saat mereka mulai menyadap getah karet, tapi pendidikan itu tidak bisa ditinggalkan, termasuk di bidang budaya juga ada nilai-nilai kearifan lokal yang perlu diperkuat kembali,” jelasnya.
Bahkan, kata akademisi IAIN Syekh Abdurrahman Siddiq ini mengatakan, apapun profesi masyarakat Kampung Kemuja, mulai dari pengusaha, guru, pejabat, ataupun politisi, namun tetap memiliki konsern dan orientasi terhadap kekuatan pendidikan.
“Jadi sekaya-kayanya orang tua di Kampung Kemuja ini orientasinya tetap ke arah pendidikan agama. Jadi jangan sampai nilai-nilai agama itu hilang dari masyarakat Kampung Kemuje ini,” harapnya.
Ia juga berharap, ada lembaga-lembaga yang perlu diperkuat, misalnya lembaga implikasi dari Naon (mukim di Mekkah) masyarakat Kampung Kemuja, ngaji duduk, konsep pembelajaran tauhid tentang netar batu di mana hal ini tidak ada di tempat lain.
“Jadi tradisi Naon atau tradisi masyarakat Kampung Kemuje bermukim di Makkah (mencari ilmu) itu semarak dilakukan sejak tahun 1880- an,” ujarnya.
“Artinya sistem pendidikan agama di Kampung Kemuje ini sangat menginspirasi lembaga-lembaga pendidikan di Pulau Bangka, secara tidak langsung berdirinya IAIN Abdurrahman Siddik itu juga dari semangat masyarakat Kampung Kemuje ini,” tambahnya.
Buku berjudul “Kemuja: Serambi Makkah untuk Peradaban Dunia” itu memiliki spesifikasi 14×21 cm, xIvi+472 halaman yang ditulis oleh 4 orang penulis inti, 3 orang tim penggali data, 2 editor, dan 9 penulis refleksi, rampung ditulis dalam waktu kurang lebih 8 bulan. (mah)