SUNGAILIAT, LASPELA — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut jika anak remaja di Indonesia rentan terpapar paham radikalisme.
Terlebih, di era digitalisasi yang semakin berkembang pesat, penyebaran paham radikalisme dan terorisme bukan hanya dilakukan melalui offline atau tatap muka, melainkan juga di media sosial.
“Saya pikir yang paling rentan terpapar paham radikalisme ini anak-anak muda, terutama bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan agama yang cukup. Memang anak muda ini yang menjadi target, karena menarget mereka yang paham agama tentu agak berat,” kata Staf Ahli Bidang Pencegahan Terorisme BNPT, Sueb Tahir, di Sungailiat, Kamis (22/9/2022).
Maka tidak heran, kata dia, jika penyebaran paham radikalisme ini banyak ditemukan di sekolah-sekolah umum maupun kampus umum.
“Tentu awalnya mereka menganggap bahwa hal ini adalah agama, tetapi sesungguhnya di balik itu ada agenda tersendiri,” jelasnya.
Pihaknya mengatakan, salah satu tugas utama BNPT yakni melakukan pencegahan terhadap masyarakat agar tidak terpapar paham-paham radikalisme dan terorisme.
Setelah beberapa tahun terakhir, berbagai upaya dilakukan oleh BNPT membuahkan hasil, sehingga grafik indeks potensi dan radikalisme mengalami penurunan.
“Oleh karenanya, masyarakat juga diminta untuk mencegah adanya paham-paham tersebut melalui konten-konten yang mengajak pada moderasi beragama, toleransi, perdamaian dan lainnya,” pintanya. (mah)