PANGKALPINANG, LASPELA – Berbagi bukan hanya sekedar memberikan materi, harta atau benda kepada orang lain. Tetapi berbagi bisa dilakukan dalam sekantung darah.
Muhammad Nasir, misalnya, ia hanya membagikan satu kantung darahnya kepada pasien yang membutuhkan.
Kebiasaan yang rutin ia lakukan ini tak hanya membawa manfaat bagi pasien, tetapi juga untuk dirinya.
“Awalnya saya mulai aktif mendonorkan darah itu karena hutang jasa,” ujar Nasir mengawali kisahnya aktif mendonorkan darah, Sabtu (19/9/2022).
Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung (Babel) ini menyebutkan, diawali membutuhkan berkantung-kantung darah untuk kebutuhan istrinya menghadapi persalinan, ia akhirnya tergerak untuk berbagi darah.
“Waktu itu istri butuh banyak darah, saya pontang-panting kesana kemari mencari darah, beruntung ada yang menyumbangkan darahnya, dan itu sangat berharga untuk saya, sangat berterima kasih,” ujarnya.
Setelah itu, ia pun menjadi pendonor aktif, bahkan kini sudah 68 kali ia mendonorkan darahnya untuk pasien yang membutuhkan.
Nasir menyebutkan, setelah berbagi darah selama belasan tahun, ia merasakan tubuhnya semakin sehat. Selain itu, amal yang manfaatnya langsung diganjar adalah donor darah, dengan kesehatan.
“Donor darah itu menjaga kesehatan karena donor darah pasti sehat. Kalau nggak sehat nggak mungkin bisa donor, dan menyehatkan. Berbuat amal tapi dengan kesehatan,” ulasnya.
Ia berharap, semakin banyak masyarakat di Pangkalpinang dan Babel yang menjadi pendonor aktif, membantu sesama dengan setetes darah.
Nasir melihat, masih banyak masyarakat yang pemikirannya sempit mengenai donor darah, sehingga banyak yang belum terketuk untuk mendonorkan darahnya.
Misalkan, sebut dia, asumsi masyarakat tentang biaya yang ditetapkan Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) untuk sekantung darah. Padahal, biaya tersebut untuk proses dan tahapan yang dilakukan PMI agar darah tersebut siap diterima pasien.
“Image masyarakat kita, orang PMI menjual darah, sampai sekarang itu masih menjadi kendala masyarakat, ini yang perlu edukasi oleh PMI dan pemerintah, menjelaskan hal-hal yang menjadi penghambat,” sarannya.
Selain itu, adanya kekhawatiran pendonor bahwa darahnya diperuntukkan bagi pasien non muslim atau sembarangan orang. Padahal, tegasnya ikhlaskan niat untuk membantu dan berbagi, tanpa memandang siapa penerima darah yang disumbangkan.
“Opini itu yang harus diubah, memberikan pengertian bagaimana pentingnya donor darah. Niatkan dengan baik, ikhlas lillahi ta’ala. Apalagi mengharap penghargaan, bukan itu tujuan kita mendonorkan darah, terlepas mau dijual terserah, kembali ke diri sendiri masing-masing, ikhlas InsyaAllah dicatat menjadi amal,” bebernya.
Pada peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-77 PMI, Nasir berharap agar PMI khususnya di Kota Pangkalpinang memiliki data pendonor aktif yang lengkap, sehingga ketika membutuhkan darah, pendonor aktif bisa dihubungi agar memudahkan pasien mendapatkan darah.
“Ada data, tapi nggak dimanfaatkan. Kami berharap, seluruh pendonor aktif ini mungkin bisa dimasukkan ke dalam grup atau apa sehingga jika dibutuhkan, bisa dihubungi,” tukasnya.
Sementara itu, Ketua PMI Babel, Abdul Fatah, mengapresiasi niat baik para pahlawan darah yang selama ini telah membantu memenuhi darah masyarakat Babel yang membutuhkan. Ia pun menegaskan, kedepan akan menyiapkan data pendonor berikut dengan kelompok golongan darahnya, sehingga memudahkan dalam memenuhi kebutuhan darah.
“Ya memang itu menjadi kekurangan kami, kedepan bagaimana adanya data yang berpusat bagi komunitas dan sesuai kelompok golongan darah. Ini yang kami siapkan data sehingga manakala butuh, kita ada data dan dapat informasi, bagaimana kemudahan dapatkan darah,” tandasnya.
Selain itu, dalam HUT ke-77 PMI ini, pihaknya juga berupaya meningkatkan layanan dan sumber daya di PMI dengan berbagai pelatihan, serta kegiatan yang mendukung program pemerintah.
Pada kesempatan ini, PMI memberikan cinderamata kepada 15 pendonor aktif yang telah lebih dari 50 kali berbagi darah. (sih)