BANGKA, LASPELA – Masyarakat adat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Eksistensi masyarakat adat harus tetap terjaga dan dilindungi agar tak tergerus zaman. Untuk itu, PT Timah Tbk berperan aktif dalam melestarikan adat, kebudayaan, kearifan lokal masyarakat Bangka Belitung sebagai wilayah operasional.
Salah satu bentuk pelestarian adat yang dilakukan PT Timah Tbk yakni dengan mendukung pembangunan Kampung Adat Gebong Memarong yang merupakan rumah adat Orang Lum di Dusun Air Abik Desa Gunung Muda, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.
Pembangunan Kampung Adat Gebong Memarong yang diawali dengan Ngujem Tiang Kampung Adat Gebong Memarong beberapa waktu lalu. Ada tujuh Gebong atau tujuh bubung rumah tradisional yang dibangun di Kampung Adat ini.
Tujuh Gebong Memarong ini nantinya akan difungsikan untuk home stay tradisional sebanyak empat unit, balai adat, galeri, dan museum. Bangunan berbentuk panggung yang beralaskan kayu ibul, dengan dinding kulit kayu dan beratapkan nipah.
Menariknya, setiap bangunan Memarong ini memiliki ciri khas yang berbeda mulai dari jenis ikatan, jenis kayu, maupun bahan lainnya yang dibuat semirip mungkin dengan rumah adat Orang Lum.
Melalui pembangunan Kampung Adat Gebong Memarong menjadi upaya perusahaan untuk melestarikan kehidupan Orang Lum, tidak hanya bangunan rumahnya saja, melainkan juga tradisi dan kearifan lokal Orang Lum agar bisa dilihat kembali oleh generasi saat ini.
Tak hanya itu, PT Timah Tbk juga memberikan pelatihan bagi kelompok masyarakat di Dusun Air Abik untuk membuat batik ecoprint. Pelatihan ini sesuai dengan potensi yang dimiliki masyarakat setempat. Sehingga nantinya diharapkan bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
Ketua Adat Orang Lum yang juga Ketua Lembaga Adat Mapur, Abok Usang Gedoy mengatakan, semula mereka memang telah membangun Kampung Adat namun baru memiliki satu Memarong. Hal itu karena terkendala beberapa hal.
Abok Usang Gedoy menceritakan Kampung Adat Gebong Memarong ini akan menjadi gambaran yang bisa disaksikan langsung masyarakat tentang kehidupan masyarakat Orang Lum mulai dari tempat tinggal, cara mencari rezeki, peralatan yang digunakan, hingga cara bersosialisasi Orang Lum.
Ia berharap, nantinya setelah Kampung Adat Gebong Memarong ini selesai akan menjadi daya tarik bagi wisatawan dan bisa terus melestarikan tradisi dan adat istiadat Orang Lum.
“Tujuh memarong itu tujuh bubung rumah ada balai adat itu yang akan digunakan untuk tempat berkumpul masyarakat, tempat pernikahan, Galeri ini nantinya akan digunakan memamerkan produk hasil kerajinan, ada museum juga yang akan menampilkan peralatan orang lum dan lainnya. Dan ada juga penginapan untuk masyarakat yang ingin menginap di rumah Orang Lum,” katanya.
Ia bersyukur, PT Timah Tbk mendukung penuh pembangunan Gebong Memarong ini, baginya ini bentuk sinergi yang baik untuk bersama-sama menjaga adat, tradisi, dan kearifan lokal Orang Lum.
“Kami senang sekali, PT Timah Tbk bisa membantu mewujudkan membangun Gebong Memarong ini, karena sudah lama kami menginginkannya dengan tujuan generasi saat ini bisa melihat langsung bagaimana rumah dan kehidupan orang Lum dulunya,” ujarnya.
Senada, Sekretaris Lembaga Adat Mapur Asih Harmoko mengatakan, saat ini ada sekitar 70 lebih kepala keluarga Orang Lum yang tinggal di Dusun Air Abik.
“Kami bermitra dengan dengan PT Timah Tbk, melestarikan budaya orang lum sehingga kedepannya gebong memarong semakin dikenal, menjadi warisan bagi generasi masa kini, menjadi destinasi budaya yang menjaga kearifan lokal dan tradisi. Kami juga berencana membangun sekolah adat,” ucapnya.
Sementara itu, Penulis Buku Mapur Mendulang Kisah Meraup Berkah Kurniati dan Derry Nodyanto, mengatakan kearifan lokal dan tradisi budaya merupakan sebuah kekayaan, harta, dan potensi dalam perkembangan peradaban.
Selain menjadi kekayaan aset dan warisan budaya, dapat pula memberi peluang yang sangat besar dan berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Peran inilah yang ditunjukkan oleh PT Timah Tbk hadir dalam membingkai dan mengabadikan pelestarian adat Mapur,” ucap Derry.
Kurniati menambahkan, sebelum progres bergulir pada bangunan kebendaan (fisik) memarong, PT Timah Tbk telah terlebih dahulu melakukan proses penghimpunan data budaya tentang adat-istiadat masyarakat Mapur dalam sebuah tulisan.
“Tak main-main tentunya, keseriusan perusahaan timah terbesar ini dapat menyatukan dua kawasan operasional (Dusun Pejem Desa Gunung Pelawan dan Dusun Aik Abik desa Gunung Muda di kecamatan Belinyu,” ucapnya.
PT Timah Tbk berupaya melestarikan Masyarakat Adat Mapur dengan bersinergi dengan pendidik, budayawan dan masyarakat.
“Hal ini merupakan ikhtiar perusahaan dalam memperkenalkan khasanah budaya lokal yang diharapkan dapat berguna bagi penikmat budaya, kepentingan akademik, maupun bagi kepentingan masyarakat setempat dalam mempelajari pengalaman masa lalu para leluhur,” sambungnya.
Simbol eksistensi masyarakat Mapur yang mempunyai nilai-nilai kearifan lokal harus mendapatkan posisi dan ruang agar tidak hilang begitu saja, terinventarisasi lebih bermakna melalui tulisan, dan tak sekadar bersandar pada tuturan saja.
Menurutnya, Gebong memarong mempunyai nilai tersendiri di hati masyarakat Mapur, yaitu sebagai simbol eksistensi, kerja sama dan keharmonisan, serta kearifan lokal kehidupan masyarakat.
Sebelumnya, telah terdapat satu bubung memarong yang berada di pertengahan Dusun Air Abik dan dikelola oleh Lembaga Adat Mapur sebagai wadah yang menaungi kepentingan masyarakat adat dan pengembangan kebudayaan Mapur.
“Upaya yang dilakukan oleh PT Timah Tbk tentu tidak hanya membangun peradaban dan budaya melalui pembangunan gebong memarong. Komitmen mendukung program kebudayaan pun disiapkan untuk masyarakat adat melalui peningkatan kapasitas dan kualitas berupa pelatihan dan pendampingan masyarakat adat Mapur agar kemampuan dan keterampilan dalam mengolah anyaman berbasis kearifan lokal menjadi produk kerajinan tradisional yang mendunia dengan kualitas terbaik,” tandasnya.(ril/chu)