MUNTOK, LASPELA — Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IV Kabupaten Bangka Barat (Babar) Sudarni, mengungkapkan dari 6.843 siswa, sebanyak 197 diantaranya putus sekolah. Angka tersebut diakuinya cukup tinggi.
“Lumayan tinggi sebanyak 197 siswa yang putus sekolah di tahun ajaran 2021/2022, mulai dari kelas 10, 11 dan 12. Bukan di satu kelas saja namun menyebar. Angka putus sekolah masih tren di sini,” ungkapnya, Selasa (21/6/22).
Faktor putus sekolah siswa SMA/SMK tersebut, dikatakan Sudarni diakibatkan pernikahan dini, dan faktor ekonomi.
“Untuk sementara faktor penyebab ekonomi dan pernikahan dini, banyak siswa di usia sekolah memilih menikah. Kalau mau dirata-rata agak tinggi persentasenya. 2,88 persen, tingkat putus sekolah,” ujarnya.
Sudarni menyayangkan jika banyak siswa yang putus sekolah, sementara fasilitas sekolah saat ini sudah bagus dan lengkap. selain itu, pemerintah juga sudah memberikan bantuan beasiswa bagi yang berprestasi, hingga kurang mampu.
“Itu sebenarnya, semua anak harus sekolah kalau dilihat dengan fasilitas sekolah sudah lengkap dan ada dana beasiswa. Dengan artian wajib sekolah 12 tahun dengan rincian 6 tahun SD, 3 tahun SMP serta 3 tahun SMK/SMA,” katanya.
Sudarni mengatakan, alasan faktor ekonomi sebenarnya kurang tepat, sebab sekolah sudah menyediakan beasiswa baik kepada yatim piatu maupun kurang mampu, guna mengajukan keringanan bersekolah.
“Kalaupun ada kesulitan ekonomi sampaikan ke sekolah, dan sekolah pasti ada tindaklanjuti untuk memberikan solusinya. Apakah dengan cara mengajukan surat keterangan dari desa ke sekolah, dan sekolah langsung survei ke rumah untuk memastikan layak atau tidak, dan bisa langsung dilaksanakan,” ucapnya. (Oka)