banner 728x90

Prestasi “Minor” Bangka Barat, Kasus Stunting Terbanyak di Babel

banner 468x60
FacebookTwitterWhatsAppLine

MUNTOK, LASPELA — Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Fazar Supriadi Sentosa, mengungkapkan Kabupaten Bangka Barat beberapa tahun terakhir menjadi ranking satu stunting tertinggi di Babel.

“Kabupaten Bangka Tengah 20, Belitung Timur 22, sedangkan Bangka Barat 23,5 persen, persentasenya paling tinggi. Tertinggi sudah mulai dari tahun-tahun penanganan stunting penurunannya sedikit, selama ini Bangka Barat selalu ranking satu,” ungkapnya, Kamis (19/5/22).

banner 325x300

Hal tersebut diungkapkan Fazar saat menghadiri pengukuhan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Bangka Barat, di Operasional Room (OR) I Setda Bangka Barat.

Untuk Bangka Barat sendiri, dari 6 kecamatan yang ada, Kecamatan Simpang Teritip dan Kelapa menjadi penyumbang terbanyak kasus stunting.

Dari Kecamatan Kelapa, Desa Dendang tertinggi dengan 83 jiwa mengalami stunting, kemudian Desa Tugang 60 jiwa, Desa Pangkal Beras 46 jiwa, kemudian Desa Tuik 14 jiwa.

Selanjutnya, di Kecamatan Simpang Teritip, Desa Simpang Tiga menjadi yang tertinggi dengan 85 jiwa kasus stunting, kemudian Desa Kundi 70 jiwa, Desa Ibul 59, Desa Peradong 37, Desa Air Menduyung 37, Desa Bukit Terak 36 dan Simpang Gong 23 jiwa.

Fazar mengatakan, kasus stunting ini harus diatasi secara bersama-sama tidak hanya mengharapkan beberapa dinas saja. Menurutnya, peran orang tua dan tokoh agama juga sangat dibutuhkan.

“Seharusnya harus bersama tokoh agama, tokoh masyarakat harus berkontribusi, misalnya khotib Jumat harus dibicarakan mengenai pembangunan keluarga, bagaimana cara berkeluarga yang baik tidak hanya semata-mata nenuruti hawa nafsu, menyampaikan itu juga,” katanya.

Kemudian Fazar mengatakan, pernikahan dini juga sangat berpengaruh sebagai penyebab stunting, selain itu pola asuh yang salah. Padahal menurut Fazar cara mengasuh yang benar banyak di Internet.

“Karena rata-rata menikah muda itu belum siap fisik dan organ reproduksi. Secara ekonomi belum siap juga, dan padahal harus dikasih makanan yang bergizi pada anak-anaknya. Cara mengasuh sebenarnya bisa melihat dari handphone, Google, tapi tidak dilakukannya, hanya liat TikTok, ngeliat baju-baju dan sebagainya,” katanya. (Oka)

banner 325x300
banner 728x90
Exit mobile version