Oleh: Nopranda Putra
TOBOALI, LASPELA – Eks Wakil Gubernur Bangka Belitung (Babel) periode 2014-2017, Hidayat Arsani melakukan road show ramadhan ke Toboali, Bangka Selatan (Basel) pada Selasa, 12 April 2022.
Kunjungan eks Wagub Babel yang didampingi istri dan anak laki itu sekaligus memantau langsung para pedagang kaki lima yang menjajakan makanan berbuka puasa di kawasan Simpang Lima Toboali.
Disela-sela kunjungan itu, ia juga ikut membantu para pedagang takjil dengan memborong jajanan untuk buka bersama.
Ia mengatakan, geliat perekonomian di Bangka Selatan saat ini sudah cukup baik jika dibandingkan dengan daerah lain, tentunya hal ini diiringi dengan meroketnya harga biji timah, sawit dan tambak udang yang cukup menjanjikan dalam jangka menengah saat ini.
“Sampai hari ini yang masih dominan masih bisnis timah diiringi sawit dan udang dan faktor lainnya. katanya sawit itu harganya satu hari kurang lebih bisa 40 miliar selama 40 hari untuk di Babel. Timah hampir mendekati, tambak udang juga menyusul,” kata Panglima sapaan karibnya saat menunggu buka puasa di Resto New Lesehan Green Toboali, Selasa kemarin.
Hanya saja, kata dia Provinsi Babel hanya kebagian ekspor bahan baku saja, belum terpikir bangun industri pengelolaan biji timah jadi bahan jadi.
“Yang kita sayangkan biji timah selama ini dijual bahan baku, tidak pernah berpikir bangun industri, sebagai putra daerah malu karena belum ada yang menciptakan timah dijual jadinya, bukan bahan bakunya,” ungkap panglima.
Menurut dia, jika berdiri industri pengelolaan biji timah jadi Babel dengan kekayaan alam luar biasa tidak hancur.
“Sampai hari ini tidak ada yang kita banggakan hanya jual balok timah karena selama ini kita hanya ekspor bahan baku saja,” ujar dia.
Ia menuturkan, jika ada industri timah di Babel dapat membantu masyarakat dan menekan inflasi daerah dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang banyak.
“Maksud kita bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan dengan 5 ribu hingga 10 ribu karyawan bekerja di industri pengelolaan barang jadi itu,” tutur dia.
Ia menilai peran pemerintah daerah belum tanggap minim pemikiran yang visioner, sehingga menimbulkan keterlambatan pembangunan daerah maupun indeks pembangunan manusia.
“Saya nilai pemerintah kita tidak tanggap, dengan jual balok saja sudah bangga seharusnya tidak, karena pertambangan kita sudah puluhan tahun di eksploitasi dan hingga sekarang masih stagnan,” tukas dia.
Ia berharap pemerintah bisa mencari jalan keluar yakni dengan cara mengajukan ke pemerintah pusat untuk menyetop ekspor balok timah ke luar negeri.
“Solusinya pemerintah daerah mengajukan ke kementerian terkait, bahwa balok timah tidak boleh di ekspor lagi, tapi yang di ekspor barang jadinya ke luar negeri maka baru terangkat ekonomi kita di Babel, makmurlah rakyat kita,” pinta panglima yang juga seorang pengusaha besar di Babel.
Ia menyebutkan, pengelolaan industri timah juga bisa dikelolakan di Babel, karena jika industri timah berada di provinsi lain ada yang berasumsi penyelundupan karena ada pengiriman melalui jalur laut.
“tapi kalau kita kirim balok ke luar daerah indikasi kata orang nyelundup lagi, tapi kita upayakan mayoritas dikelola di Babel saja,” pungkas dia.
Ia juga mengungkapkan, pembangunan industri timah bisa menggandeng investor asing misalnya dari china, korea dan malaysia harus datang untuk investasi di Babel.
“Sebenarnya hal itu sudah saya lakukan waktu saya presiden AITI. Saya setopkan ekspor bahan baku timah ke luar negeri,” tandas dia.
Ia menjelaskan, untuk pembangunan pabrik industri tidak membutuhkan banyak lahan, cukup 10 hektar dan itu sudah sangat hebat.
“Kalau pabrik tidak banyak butuh lahan ada 10 hektar sudah hebat, bukan untuk tanam pohon yang butuh puluhan hektar, tapi bangun pabrik luas 10 hektar sudah cukup dan sudah bisa nampung 20 ribu pekerja,” jelas dia.
Untuk itu, lanjut dia kepala daerah di tingkat Gubernur, walikota hingga bupati harus satu versi jangan saling bertentangan ego.
“Kita permudahkan pembebasan lahan, mulai dari kades lurah camat bupati gubernur satu arah harus satu versi, pembangunan harus berjalan secara berkelanjutan di Babel ini,” beber dia. (Pra)