Oleh: Putri Ulandari
Mahasiswi Fakultas Hukum/Universitas Bangka Belitung
RASA malas bukanlah menjadi hal yang terasa asing di telinga kita. Setiap orang pasti pernah dihinggapi rasa malas. Misalnya dalam keseharian kita sering dihadapkan pada suatu pekerjaan yang sudah kita targetkan untuk dicapai, tetapi malah rasanya berat untuk dilakukan karena berbagai alasan.
Bisa jadi kita sudah bilang pada diri sendiri, atau bahkan janji pada diri sendiri untuk mulai melakukannya hari ini tetapi kemudian setelah dipikir-pikir lagi besok saja dilakukannya.
Sayangnya, di hari esoknya kita bilang besok saja atau bahkan lusa saja dan seterusnya seperti itu. Sampai pada akhirnya pekerjaan itu belum dimulai dan belum terselesaikan hingga akhirnya mendekati deadline.
Malas memang sesuatu yang wajar, dan merupakan suatu cara kerja otak atau mindset. Kita tahu bahwa malas bisa menjadi faktor pendorong terjadinya kegagalan dalam hidup, dan salah satu ciri-ciri orang yang malas diantaranya adalah memiliki banyak alasan untuk menunda suatu pekerjaan tersebut.
Salah seorang motivator dunia, Anthony Robbins pernah berkata. “Manusia itu akan bergerak maju (moving forward) kalau ada dua poin yaitu Gain Pleasure dan Avoid Pain.”
Gain Pleasure yaitu manusia akan bergerak maju jika ada ‘sesuatu’ yang merangsang dia dan menyenangkan dirinya, sehingga dia bisa keluar dari rasa malasnya. Sementara Avoid Pain yaitu menghindari rasa sakit atau menghindari hukuman yang kemudian hal inilah yang membuat dirinya akhirnya ‘terpaksa’ harus keluar dari rasa malasnya itu.
Lalu bagaimana sebenarnya cara paling sederhana dalam mengatasi atau melawan rasa malas itu?
Membuat Target yang Jelas
Jika kita memiliki target yang jelas pasti rasa malas itu akan hilang. Misalnya, tahun ini saya harus segera menyelesaikan pendidikan tinggi di jenjang S1. Targetnya sudah jelas, maka kita pasti akan berusaha dan berjuang untuk bisa segera menyelesaikan pendidikan tersebut agar kita bisa meraih gelar sarjana, dan bisa langsung terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.
Adanya Hukuman (Punishment)
Seseorang akan belajar jika besoknya akan menghadapi ujian. Seseorang akan bergerak karena dia merasa takut dihukum. Misalnya, seorang siswa akan menaati peraturan di sekolah dan dia tahu, jika tidak ditaati maka dia pasti akan mendapat hukuman (punishment). Jika misalkan kita sudah tamat sekolah, tamat kuliah dan sebagainya, pasti kita punya target lain yang berbeda. Mungkin secepatnya kita harus mencari pekerjaan.
Jika kita tidak mempunyai target lagi, kemungkinan rasa malas itu akan kembali menghinggapi. Jika sudah dihinggapi rasa malas tentunya itu bukanlah hal yang baik karena tidak ada yang dapat memberikan hukuman pada kita.
Adanya Reward (Hadiah)
Seseorang biasanya akan tergerak cepat melakukan action jika ada reward (hadiah). Ketika kita dijanjikan sebuah reward akhirnya kita mau untuk melakukan pekerjaan itu. Jika reward yang akan didapat jelas, misalnya kalau kita bekerja sekian maka kita akan mendapatkan gaji sekian.
Pastinya kita akan bekerja dengan sangat baik dan berusaha menstimulasi otak agar bagaimana supaya kita bisa keluar dari zona nyaman (malas) itu, dan melakukan pekerjaan itu semaksimal mungkin.
Ingatlah bahwa, rasa malas tidak akan membuat kita kenyang. Rasa malas tidak akan membuat tabungan kita bertambah. Rasa malas tidak dapat membuat pekerjaan kita menjadi cepat selesai. Intinya rasa malas bukanlah sebuah solusi tetapi justru sebuah masalah.
Memang, ketiga hal di atas tidak bisa menjamin kita keluar dari rasa malas itu. Tetapi jika kita mau untuk berusaha mengatasi atau melawan rasa malas itu mulai dari membuat target yang jelas, adanya punishment (hukuman), dan adanya reward (hadiah) maka yakinlah rasa malas itu akan sedikit berkurang, dan bahkan bisa hilang dari dalam diri kita. Intinya kita harus terus berusaha dan tetap semangat.