Pengerajin Tenun Sikek Didominasi Generasi Muda

TANAH DATAR, LASPELA – Tenun Sikek dikenal sebagai tenun terbaik di Indonesia. Predikat ini menjadi salah satu aspek ketertarikan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman bersama sang istri Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Babel, Melati Erzaldi mengunjungi pengrajin Tenun Sikek di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan Sepuluh Koto, Tanah Datar, Sumatera Barat, Senin (27/12/2021).

“Gambar penenun Sikek ini ada di uang Rp5000 lama,” ungkap Awit Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tanah Datar.

Tidak biasa, tampak pengrajin muda sedang menenun kain, mulai dari tamatan SMA hingga mahasiswa. Meski sering memproduksi kain untuk wanita, tapi pengrajin ini didominasi pengrajin pria.

“Pengrajin diregenerasi dengan baik. Anak muda usia produktif masih mau ikut melestarikan warisan leluhur ini. Bahkan, yang laki-laki juga tidak mau ketinggalan. Kalau di Babel kita masih punya tantangan untuk regenerasi pekerja,” kata Gubernur Babel.

Kabid Awit menyampaikan bahwa, alat tenun terdapat di seluruh rumah penduduk. Sehingga, orang tua hingga anak-anak tidak asing dengan kegiatan menenun.

“Bisa menenun itu suatu kebanggan. Jadi banyak anak muda yang mau dan tidak malu melestarikan budaya Tenun Sikek,” ungkap Kabid Awit.

Jika dibandingkan dengan pengrajin Tenun Sikek yang masih diproduksi oleh anak muda, pengrajin Tenun Cual Bangka masih di dominasi oleh orang-orang tua. Karenanya, Ketua Dekranasda Melati bersama tim masih berupaya menarik minat angkatan muda untuk terus menjaga kelangsungan produksi Kain Tenun Cual. Mengingat kain yang diproduksi anak muda akan lebih cepat selesai.

Kain Tenun Sikek ini dibuat dengan motif beragam dengan maknanya masing-masing. Jenis benang yang digunakan khas dan beragam yaitu, emas, perak, tembaga, dan tembaga rosegold. Ada dua bagian yang dibuat dalam satu set tenun. Bagian rok/bawahan dan selendang. Untuk mempercantik bagian selendang, biasanya ditambahkan dengan renda dari benang emas yang disulam.

Kemudian tenun yang dibuat, terbuat dari benang polos, sehingga motif yang dibuat tergantung dari kreativitas pengrajin. Untuk memproduksi kain Tenun Sakek dapat memakan waktu hingga berminggu-minggu.

“Memang Indonesia kaya akan adat dan kerajinan ya,” kata Ketua Dekranasda Melati.

Untuk mengembangkan industri ini, para stakeholder daerah berupaya untuk membagi peran sehingga, pengrajin tidak dibebankan untuk menjual kerajinan. Pengrajin hanya difokusikan untuk memproduksi kain yang kemudian akan dibeli oleh distributor. Hal ini akan memperlancar produksi dan pemasaran Tenun Sikek.

“Suatu kebanggan, seorang kepala daerah mau datang dan belajar dari sini. Harapan kami, melalui Pak Gubernur, kami bisa memperluas pasar kami. Karena kalau tidak ada pasar pasti tidak ada produksi,” tutup Kabid Awit.rill/(wa)