Perjalanan Pariwisata Babel Dari Masa ke Masa

PANGKALPINANG, LASPELA – Ketika sudah mencanangkan ingin memajukan pariwisata Bangka Belitung (Babel), maka turunan pariwisata sangat jelas, bukan berarti kita tidak menginginkan kehadiran pertambangan di Bumi Serumpun Sebalai, namun mari kita manfaatkan pertambangan yang harganya sementara bagus ini untuk mempersiapkan kemajuan pariwisata kita kedepan.

“Dengan begitu antara sektor pertambangan bisa seiring jalan dengan sektor pariwisata. Kebijakan pertambangan diharap membantu sektor pariwisata,” ungkap Gubernur Erzaldi Rosman dalam Dialog Interaktif di Kantor Harian Pagi Bangka Pos, Jumat, (19/11/2021).

Hadir dalam dialog interaktif yang bertema ‘Babel Dulu, Sekarang dan Saatnya Saatnya Fokus Bangun Pariwisata’ itu, Mantan Wakil Gubernur Babel, Syamsuddin Basari dan Hidayat Arsani, serta Suryadi Saman secara virtual, yang dipandu Ibnu Taufik sebagai host. Dialog ini untuk melihat kembali rekam jejak perjalanan pemerintah pertama kali hingga saat ini, dalam mencetak industri pariwisata di Babel.

Sejarahnya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi ke-31 oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2000, yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Dunia mengenal Babel sebagai pulau penghasil timah, padahal Babel menyimpan potensi keindahan alam dan kuliner yang luar biasa.

Syamsuddin Basari, Wakil Gubernur periode 2008-2012 menceritakan bahwa dukungan anggaran pada era kepemimpinannya pada sektor pariwisata sangat tinggi dibanding sektor-sektor lain.

Visit Babel Archipelago, program pariwisata digaungkan gubernur saat itu yaitu Alm. Eko Maulana Ali, bertujuan untuk dapat mendatangkan wisatawan asing ke Babel. Namun hal tersebut tak berjalan berkelanjutan. Menurutnya karena potensi penghasilan dari sektor pertambangan timah lebih besar dibanding dari pariwisata.

“Kami sudah beberapa kali mencoba, tetapi masih gagal, padahal didukung sekali dengan anggaran pariwisata cukup besar,” ungkapnya.

Hingga muncul film Laskar Pelangi, sehingga Babel mulai dikenal khalayak masyarakat, yang menjadi momentum untuk mempromosikan pariwisata. Momen munculnya film ini masih dirasakan Hidayat Arsani sebagai wakil Gubernur Babel periode 2012-2017.

“Era kami adalah era pariwisata, Belitung khususnya sedang menanjak-menanjaknya pariwisata waktu itu,” ungkapnya.

Dirinya mengatakan, jika ingin memajukan sektor pariwisata, hal yang pertama harus dilakukan adalah selesaikan urusan Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah, karena potensi pariwisata di Babel kerap terbentur dengan kawasan IUP PT Timah sehingga para investor pergi.

“Timah hidup, pariwisata hidup! Harusnya bisa. Legalitaspun harus jelas agar investor juga masuk,” tegasnya.

Sementara Gubernur Erzaldi pada kesempatan tersebut mengakui bahwa sejak tahun 2000 Babel berdiri, kemajuan pariwisata mulai berkembang dengan kehadiran film Laskar Pelangi, Dijelaskannya sejak kepemimpinan sebelumnya, telah memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mengembangkan pariwisata Babel.

Hal itu dimulai sejak pemerintahan Alm. Eko Maulana Ali yang telah membuat program Visit Babel Archipelago. Berlanjut tahun 2011, dalam Sail Indonesia, kapal yacht dari berbagai negara berdatangan ke Bangka dan Belitung. Dirinya yang saat itu menjabat sebagai Bupati Bangka Tengah masih mengingat dengan baik bahwa Bangka Tengah disinggahi setidaknya 200 kapal yacht.

Termasuk kehadiran Wisata Sejarah, disusul Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang, hingga terpilihnya Pulau Belitung oleh UNESCO Global Geopark pada tahun 2021.

“Di era kami, dikuatkan dengan tagline ‘mining to tourism’ yang didalamnya ada sport tourism, dan salahsatu event yang terbesar, yakni kejuaraan dunia Motocross Grand Prix (MXGP),” ungkapnya.

Usaha memajukan pariwisata Babel dikatakannya tak bisa hanya sampai disini, dan ini adalah usaha dan upaya semua pihak, agar bagaimana membuat waktu tinggal wisatawan di Babel lebih lama.

Gubernur yang dikenal sangat bersemangat ini mengatakan sangat optimis dengan pariwisata Babel jika didukung oleh semua pihak. Seperti Pulau Belitung yang memang konsisten, dimana masyarakatnya kompak menolak pertambangan timah di wilayah laut.

Selain itu, Dirinya mengungkapkan kedua, baik sektor pertambangan dan pariwisata harus bisa menentukan arah kebijakan dalam mempersiapkan masyarakat Babel lebih mandiri menghadapi kondisi pasca tambang.

“Ini hanya belum terkoneksi atau terkolaborasi saja, jika bisa tentunya kita menjadi daerah yang siap saat kondisi pasca timah,” tegasnya.

Dirinya juga menyampaikan bahwa pihaknya telah koordinasi dengan pihak maskapai Citilink untuk membuat jalur penerbangan baru menyambut semakin melandainya kasus Covid-19 dengan jalur penerbangan Yogyakarta-Belitung-Bangka dan sebaliknya.

Tak sampai disitu, pihak Lion Air dari Air Asia sudah berkomunikasi dengannya, mereka mengatakan telah bernegoiasi jalur penerbangan bersama dari Babel ke Kuala Lumpur maupun Singapura.

“Kita berupaya, tidak merasa lelah, karena kita ingin masyarakat kita siap dengan peralihan mining to tourism,” jelasnya.rill/(wa)