PANGKALPINANG, LASPELA– Meski secara nasional Indonesia mengalami deflasi ekonomi sebesar 0,04% (mtm) pada Bulan September 2021. Namun untuk Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 0,53% (mtm) atau 3,29% (yoy).
Inflasi ini didorong oleh meningkatnya beberapa komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras, beberapa jenis ikan (ikan selar, ikan tongkol, dan ikan kerisi), serta beberapa sayuran hijau.
Selain itu, inflasi ini juga dipengaruhi oleh peningkatan daya beli masyarakat seiring dengan peningkatan harga komoditas unggulan di Bangka Belitung terutama timah, Crude Palm Oil (CPO), dan karet. Hal ini mendorong permintaan konsumsi masyarakat.
Secara spasial, kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,60% (mtm) terutama meningkatnya harga daging ayam ras, ikan selar, sawi hijau, bayam dan kangkung. Demikian pula halnya kota Tanjungpandan yang mengalami inflasi sebesar 0,38% (mtm) meningkat dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,28% (mtm). Inflasi di kota Tanjungpandan juga disumbang oleh komoditas daging ayam ras, ikan tongkol, kangkung, ikan bulat, minyak goreng dan ikan kerisi.
Peningkatan indeks harga komoditas daging ayam ras dipengaruhi kebijakan cutting dan culling oleh Pemerintah pada September 2021 di tengah permintaan yang mulai meningkat. Komoditas daging ayam ras mengalami inflasi sebesar 17,06% (mtm) setelah 3 bulan sebelumnya berturut-turut mengalami deflasi. Inflasi komoditas tersebut terjadi pula di beberapa wilayah Indonesia termasuk di Sumatera seperti di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu. Rata-rata harga daging ayam ras di Bangka Belitung meningkat dari Rp33.950/kg (Agustus 2021) lalu menjadi Rp42.600/kg (September 2021).
Sementara itu pada komoditas ikan-ikanan, beberapa jenis ikan memberikan sumbangan inflasi terutama ikan selar (0,139%), ikan tongkol (0,038%), ikan kerisi (0,027%), dan ikan kembung (0,024%). Namun demikian beberapa jenis ikan mengalami penurunan harga sehingga menahan laju inflasi tertama ikan singkur (0,021%), ikan pari (0,012%) dan ikan bulat (0,006%). Tekanan inflasi yang berasal dari komoditas ikan-ikan diperkirakan meningkat seiring masuknya musim penghujan di akhir tahun.
Inflasi kelompok makanan terjadi pula pada komoditas minyak goreng. Pada September 2021 inflasi minyak goreng di Bangka Belitung sebesar 1,67% (mtm) atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 1,42% (mtm). Tekanan kenaikan harga minyak goreng masih terus berlanjut seiring dengan tren kenaikan harga CPO global. Kenaikan harga tersebut merupakan dampak masih tingginya permintaan global, di tengah adanya kekhawatiran jumlah produksi. Dampak dari pandemi yang berkepanjangan memberikan tekanan pada hasil produksi, khususnya di Malaysia, karena berkurangnya jumlah pekerja migran seiring ditutupnya perbatasan akibat pandemi Covid-19 sejak Agustus 2021. Sesuai data PIHPS pergerakan harga minyak goreng di Bangka Belitung naik dari Rp14.350/liter (Agustus 2021) menjadi Rp14.900/liter. Secara tahunan, komoditas minyak goreng tercatat mengalami inflasi sebesar 11,31% (yoy).
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengendalian inflasi tahun 2021 serta mencermati perkembangan Covid-19 dan upaya pencegahan penyebarannya, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memonitor perkembangan harga dan stok bahan pokok strategis, mempererat koordinasi antar pemangku kepentingan, serta mengedepankan pemenuhan pasokan dari dalam wilayah maupun melalui kerja sama antar daerah sehingga inflasi tahun 2021 dapat terjaga pada rentang 3±1%.(rill/*)