Kominfo Ajak Masyarakat Cerdas Belajar Agama di Dunia Digital

BANGKA SELATAN, LASPELA– Memahami konteks agama sejatinya harus dengan guru yang jelas sanad keilmuannya. Hal ini dianggap penting agar tak salah memahami hakikat agama. Terlebih belajarnya hanya mengandalkan teknologi digital.

Hal ini pula yang melatarbelakangi Kementerian Komunikasi Informatika RI melakukan edukasi melalui webinar literasi digital bertajuk  “Belajar Agama Didunia Digital”

Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan  kognitif-nya untuk  mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait literasi digital. “Hasil survei literasi digital yang kita lakukan bersama siberkreasi dan katadata pada 2020 menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47 dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital kita masih di bawah tingkatan baik,” katanya lewat diskusi virtual. Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI ini menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.

Pada webinar yang menyasar target segmen Para Pendidik dan peserta didik wilayah kabupaten Bangka Selatan. Webinar kali ini diisi oleh para Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Dr.Muhtadi, M.Si (Dosen fakultas dakwah dan komunikasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta),  M.Muhaimin, S.IP., M.A ( CEO Nextup.id),  Supiandi, M.Pd ( Kepala SMA Muhammadiyah Toboali),  Dr. Zaprulkhan, M.Si (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN SAA Babel) dan key opini leader @meganovelia (Mompreneur, owner kelas main @rumahmandar) dan moderator Ayu Amelia

Pemateri pertama Muhtadi memaparkan digital skill adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital. Ada sepuluh kompetensi litetasi digital japelidi, mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi, mendistribusikan, memproduksi, berpartisipasi dan berkoloborasi.

Guru menjadi hal penting dalam pembelajaran agama diruang digital,  otorilatif, luas keilmuanya dan memiliki sanad keilmuan.  Konten agama diruang digital dibuat singkat, padat, jelas dan mencerahkan, menginspirasi dan mendamaikan. Sikap beragama yang moderat yakni memahami realitas, memahami fiqih realitas, memberikan kemudahan kepada orang lain dalam beragama, memahami teks keagamaan secara komprehensif, bersikap toleran dan memahami sunnatullah dalam penciptaan. Dan kemudian konten yang harus dihindari yakni memprovokasi dan mengadu domba, tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan, penuh hinaan dan diskriminasi dan tidak menghargai kearifan lokal.

Sesi kedua M.Muhaimin memaparkan fitur keamanan di aplikasi & media sosial yakni Kiat aman menggunakan aplikasi digital yakni memahami resiko siber adalah risiko kerugian yang terkait dengan sistem teknologi. Resiko ini dapat berupa kerugian keuangan, gangguan operasional, masalah hukum dan tanggungjawab, atau rusaknya reputasi usaha/pribadi. Lima indikator yang perlu ditingkatkan dalam membangun keamanan digital yakni pengaman perangkat digital,  pengamanan identitas digital,  mewaspadai penipuan digital,  memahami rekam jejal digital dan memahami keamanan digital bagi anak.

Mewaspadai penipuan digital yakni scam, spam, phising, hacking. Serta harus mewaspadai penipuan online shop via medsos. Dan juga kita harus memahami keamanan digital bagi anak dan harus batasi akses admin pengguna yang kemungkinan dapat mengurangi resiko pembobolan data dari orang dalam-tindakan yang disengaja dan tidak sengaja,  segmentasi jaringan internet/wifi dan akses pihak ketiga.

8 tips internet sehat & aman yakni pahami aturan/policy setiap aplikasi digital,  batasi pemberian informasi, tidak merespon phising, spam dan tidak asal mengklik, lakukan pengecekan ulang dan sumber informasi di internet, batasi pemasangan foto dan video pribadi di internet,  jangan terpancing untuk menambahkan teman sebanyak-banyaknya di internet,  tidak melakukan bullying, berkelahi, adu argumen di internet dan pengawasan terhadap anak-anak menggunakan internet.

Sesi ketiga Supiandi, mari berbahasa yang benar dan beretika di ruang digital yakni tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Diera digitalisasi ini disrupsi teknologi sudah terjadi dan bisa terlihat dari sisi perbankan misalnya dan jual beli sekarang sudah melalui e-commerce. Di masa mendatang pun perubahan karena adanya perkembangan teknologi komunikasi akan menjadi lebih masif lagi.

Terkait bahasa dalam penggunaannya di ruang digital, etika bahasa menjadi satu kaidah normatif penggunaan bahasa dan menjadi pedoman umum, di dalamnya ada kompetensi lisan dan tulisan. Bahasa yang baik dan benar di ruang digital menjadi penting untuk para content creator maupun pengguna ruang digital untuk diterapkan. “Bahasa yang baik dan benar menjadi kunci dalam mengedepankan etika berbahasa pada era digital”.

Sesi terakhir oleh Zaprulkhan Membuat konten yang positif di media sosial, yakni lompatan budaya, Praliterasi: masyarakat yang hidup dalam tradisi lisan dan tidak memiliki minat membaca Literasi: mewakili masyarakat terdidik yang mempunyai minat baca Pasca-Literasi: mewakili segmentasi penduduk di kota-kota besar, terutama mereka yang memiliki ekses pada teknologi informasi dan audiovisual seperti internet, TV kabel, multimedia, sarana telekomunikasi bergerak, dan sebagainya . Praliterasi melompat ke Pasca-Literasi Kita melompat senang menonton Televisi, bermain Game, Facebook, twitter, Instagram, Gadget, dan berselancar di internet untuk hal-hal yang dangkal tanpa melalui tahap masyarakat gemar membaca .

Konten di Medsos yakni Mindset terbuka, humanis, moderat, dan inklusif Menguasai materi yang ingin disampaikan Narasikan dengan bahasa yang ringan Kaya perspektif dan komparatif Global Mindset Hidden Connection .

Sementara para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber,  dan ada 4 orang penanya yang beruntung dalam webinar kali ini.

Webinar ini merupakan satu dari rangkaian dua belas webinar yang akan diselenggarakan di wilayah kabupaten Bangka Selatan selama 2021. Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi pada webinar-webinar yang akan dilaksanakan pada pertengahan oktober mendatang.(*)