BANGKA TENGAH, LASPELA – Daun pandan tidak hanya digunakan untuk aroma makanan, namun di tangan Andi Padauleng ini daun pandan bisa menjadi berbagai karya seni yang cantik, bernilai guna dan tentunya memiliki nilai ekonomis.
Banyaknya daun pandan yang ada di sekitar rumah dan biasanya hanya digunakan untuk membuat tikar, membuat Andi berpikir untuk memanfaatkan daun pandan.
Bermodal dari pengetahuan yang didapatkan dari pelatihan, Andi mengayam daun pandan menjadi berbagai bentuk kerajinan.
Tak hanya sendiri, Andi mengajak masyarakat lain dan membentuk kelompok agar warga di sekitarnya juga bisa memanfaatkan daun pandan di daerah mereka. Potensi daun pandan yang banyak di Desa Sungaiselan ini membuat mereka terus berinovasi membuat produk, tidak hanya membuat tikar saja.
“Di sini memang banyak daun pandan dan dulu hanya digunakan untuk membuat tikar. Tahun 2012, saya coba-coba nganyam duan pandan untuk buat tas, ternyata berhasil. Setelah itu saya ajak ibu-ibu di sini daripada ngerumpi maka mulailah banyak yang nganyam daun pandan,” kata Andi belum lama ini.
Membuat kerajinan dari daun pandan memang membutuhkan waktu yang lama, pasalnya proses yang panjang mulai dari di raut, direndam, dijemur hingga dianyam. Setidaknya butuh waktu sekitar 7 hari untuk menjadikan sebuah produk.
Saat ini Andi sudah memiliki brand untuk produknya yakni Andisfa Craft, mereka memproduksi berbagai jenis produk seperti tas, clutch, gantungan kunci, tas pesta, tempat tisu, kipas, dompet, sejadah, dan berbagai produk lainnya.
“Saya pernah ikut pelatihan di situ lah saya mulai membuat pola, mengembangkan bentuk sehingga produk jadi makin banyak. Awalnya kami hanya polos. Sekarang mengkombinasikan anyaman pandan dengan seni decoupage dan juga kain batik,” ujarnya.
Mengembangkan kerajinan ini memiliki banyak tantangan diantaranya menjaga kerapian, mengolah motif dan mengkreasikannya. Dalam perkembangannya, mereka terus menambah varian model yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Kami ada bagiannya, ada yang menjahit karena kan ini ada proses menjahitnya, ada juga yang menganyam. Saya bahkan sudah membeli anyaman warga, nanti saya yang mengkreasikannya. Sekarang ini yang paling banyak diminati ini clutch,” ceritanya.
Menurutnya, apa yang mereka lakukan ini tak lepas dari dukungan dari PT Timah, bantuan ini PT Timah yang mendukung permodalan untuk mengembangkan produk.
“Kami dibina PT Timah, diberi masukan untuk meningkatkan kualitas produk, dibantu permodalan dan juga pemasaran. Saya beberapa kali diajak pameran, ini juga menambah wawasan kami untuk semakin mengkreasikan produk,” ujarnya.
Selain itu, daun pandan yang dimiliki desa mereka berbeda dengan yang di Pulau Jawa karena memiliki dimana daun pandannya lebih kuat dan lebih mudah diolah karena tidak memiliki duri.
“Saya mencoba mengkreasikan motif untuk mengangkat budaya lokal inilah yang membedakan produk kita dengan produk lainnya. Ini salah satu manfaat yang kami rasakan saat mengikuti pameran,” sambungnya.
Baginya, banyak manfaat yang diperoleh dengan menjadi mitra binaan PT Timah, secara pemasaran produk mereka juga difasilitasi untuk menjual produk misalnya di TINS Gallery, serta dipromosikan kepada karyawan timah.
“Bersyukur dengan jadi mitra binaan PT Timah, karena memang dibina dan dibantu tidak hanya modal saja, semoga program kemitraan ini tetap terus ada sehingga nantinya semakin banyak UMKM yang merasakan manfaatnya. Semoga PT Timah juga tetap jaya sehingga terus berkontribusi bagi masyarakat,” tutupnya.rill/(wa)