PANGKALPINANG, LASPELA – Aktivitas penambangan yang dilakukan ratusan unit Tambang Inkonvensional (TI) Tungau di aliran pantai Desa Sukadamai, Kabupaten Bangka Selatan (Basel) yang sempat menghebohkan publik, kini tinggal menunggu legalitas dari Kementerian ESDM.
PT Timah diketahui telah mengajukan kepada Kementerian ESDM mengenai sistem penambangan tersebut. Hal ini terungkap saat dilakukannya audiensi antara masyarakat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bangka Belitung (Babel) beserta Forkopimda, Pemkab Bangka Selatan, serta perwakilan PT Timah Tbk, Senin (29/3/2021).
Gubernur Babel Erzaldi Rosman, mengaku akan mendukung aktivitas TI Tungau dengan catatan jika telah dikeluarkannya persetujuan dari Pemerintah Pusat. “Kita setuju jika sesuai ketentuan. Jadi kita dorong PT Timah untuk minta izin secara teknis penambangan alat ini, dari teknis lingkungannya apa sudah memenuhi persyaratan yang sudah menjadi standar ESDM. Mudah-mudahan disetujui,” ujarnya.
Sebab, katanya, persetujuan sepenuhnya ada di tangan Kementerian ESDM. “Dalam reviu ini apakah disetujui atau tidak, kita tunggu. Intinya kita mengizinkan dengan memperhatikan asas-asas teknis dan lingkungan yang ada. Besok (Hari ini) kita dorong percepatannya,” kata Dia.
Erzaldi hanya menekankan kepada masyarakat yang melakukan aktivitas penambangan, jika telah dikeluarkan izin agar dapat menjaga ketertiban dan berkomitmen untuk menjualkan hasil penambangan ke PT Timah, selaku pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP). “Penambang harus konsisten. Jangan karena murah jual ke PT Timah lalu jual ke lain,” katanya.
Kepala Divisi Perencanaan Produksi PT Timah Nurhadi, mengakui pihaknya telah mengajukan izin peralatan TI Tungau ke Kementerian ESDM guna mengakomodir kepentingan masyarakat yang berkeingin ingin menambang di wilayah Sukadamai. “Jadi (TI Tungau) sudah di ESDM, mungkin tidak terlalu lama. Tinggal menunggu rekomnya,” katanya.
Sementara itu, Devisa selaku perwakilan penambang menginginkan agar masyarakat setempat dapat dilibatkan dalam penambangan TI Tungau. “Karena di pinggir pantai ini memang cocoknya main rajuk, bukan pakai peralatan besar,” ujar Devisa.
Hidayat, penambang lainnya beralasan, perekonomian yang sedang sulit memaksa mereka untuk mencari penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Situasi sekarang sedang sulit di tengah pandemi ini, Pak. Perekonomian kian terpuruk, tapi kami kreatif. Tolong berikan kesempatan kami untuk memberi kehidupan bagi istri dan anak kami,” katanya.(wa)
Leave a Reply