PANGKALPINANG, LASPELA – Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Erzaldi Rosman menginginkan provinsi yang ia pimpin segera pulih ekonominya, terlebih menyangkut persoalan penurunan inflasi. Ia ingin pemulihan itu secara serempak dan menyeluruh di kabupaten dan kota.
Untuk itu, Erzaldi mengajak pemerintahan kota/kabupaten harus saling menguatkan koordinasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang disesuaikan dan selaras dengan RPJMD provinsi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
“Kita harus saling meningkatkan koordinasi antar pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk mendorong perencanaan penurunan inflasi melalui RPJMD yang disesuaikan dan selaras dengan RPJMD provinsi dan RPJMN,” harapnya saat memimpin Rapat Koordinasi High Level Meeting (HLM) TPID di Ruang Pasirpadi Kantor Gubernur, Rabu (3/2/2021).
Erzaldi menjelaskan, ekonomi akan kembali bangkit apabila stabilitas harga di masyarakat sudah bisa terjangkau.
Maka untuk mendapatkan keterjangkauan harga melalui stabilitas harga, perlu melakukan optimalisasi pasar murah dan operasi pasar komoditi seperti bawang merah, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, efisiensi jalur distribusi toko pertanian, dan pemantauan stok Harga Eceran Tertinggi (HET) oleh satgas pangan, serta melakukan pengawasan penyaluran LPG bersubsidi.
Di samping itu, terkait ketersediaan pasokan, melalui ekstensifikasi luas lahan pertanian tanaman hortikultura antara lain cabai merah dan bawang merah, pemanfaatan platform di marketplace untuk meningkatkan produktivitas dan perluasan akses pasar komoditas pertanian, pemanfaatan fasilitas cold storage untuk komoditas pertanian, serta peningkatan akses pembiayaan dan lembaga keuangan bagi pertanian.
“Pada sektor peternakan, Babel ke depan tidak perlu impor sapi dari luar seperti Jawa dan Lampung. Kami sedang mencanangkan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di mana hingga saat ini, yang mengikuti kerjasama tersebut sejumlah 138 peternak, sehingga ke depan kita usahakan mengurangi inflasi dari sektor ini,” terangnya.
Sama halnya, dengan sektor peternakan. Sektor pertanian khususnya beras, hingga saat ini beras Babel mampu mengakomodir sekitar 48 persen kebutuhan lokal. Dengan program Pemprov Babel yang difokuskan pada sektor pertanian, ke depan diharapkan terjadi mandiri swasembada pangan sehingga tidak perlu impor dari daerah lain.
“Anehnya beras kita jika disandingkan dengan beras premium tidak laku, karena ada oknum nakal yang bermain di mutu premium, dengan mengoplos beras biasa ke beras premium. maka kita harapkan peran satgas pangan untuk menindak ini,” sesalnya.
Ia juga berbicara mengenai percepatan pemulihan ekonomi daerah di masa pandemi Covid-19 menjadi fokus Pemprov Babel. Oleh karena itu, dirinya sudah menyiapkan sejumlah strategi yang disampaikan kepada Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
“Untuk mengendalikan inflasi daerah, kita perkuat empat pilar strategis, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif,” jabarnya.
*Kepala BI Babel: Vaksinansi Covid Game Changer Perbaikan Ekonomi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Bangka Belitung, Tantan Heroika mengatakan, pemulihan perekonomian global diperkirakan berlanjut pada tahun 2021.
Di mana kenaikan aktifitas ekonomi global didorong implementasi vaksinasi Covid-19 di berbagai negara serta keberlanjutan stimulus kebijakan fiskal dan moneter. “Vaksinasi Covid-19 ini semoga menjadi game changer perbaikan ekonomi kita,” ujarnya.
Terkait laju pertumbuhan ekonomi Babel pada triwulan IV tahun 2021 mengalami kontraksi sebesar 1,04%, menunjukan arah yang membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 4,37%.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat, didorong mulai meningkatnya mobilitas masyarakat, puncak penyaluran bansos, pelaksanaan pilkada dan libur panjang akhir tahun. Namun demikian perbaikan konsumsi masih fluktuatif dikarenakan ketidakpastian berakhirnya pandemi sehingga konsumsi tertahan.
Dia pun melanjutkan pada bulan Februari 2021, Babel tercatat mengalami deflasi sebesar 0,11%, secara tahunan mengalami inflasi 0,94%, lebih rendah dibandingakan capaian inflasi nasional 1,38% dan wilayah sumatera 1,44%.
“Deflasi Februari 2021, didorong kelompok bahan makanan seperti daging dan telur ayam ras, serta sayuran hijau seiring normalisasi permintaan dan melimpahnya pasokan,” jelasnya.
Penurunan tekanan inflasi diakibatkan menurunnya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19, laju deflasi tertahan oleh inflasi komoditas perikanan dan pertanian hortikultura seperti cabai dan bawang, serta efek La Nina di Indonesia berdampak pada gangguan produksi dan distribusi sehingga berdampak pada penurunan pasokan
“Tahun 2021, ketahanan pangan yang harus menjadi fokus Pemprov Babel dalam menghadapi pandemi ini,” pesannya.
Sementara itu, Kepala BPS Babel, Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami menjelaskan, data Kota Pangkalpinang di bidang pengeluaran terbesar di kota ini pada tahun 2021, yakni sektor makanan, minuman, dan tembakau.
“Adapun komoditas penyumbang inflasi terbesar di Pangkalpinang yakni tingginya kenaikan harga sektor perikanan, khususnya ikan kembung dan deflasi terbesar yakni angkutan udara,” ujarnya.
Inflasi terjadi di Pangkalpinang pada tahun 2020 karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran yaitu, kelompok makanan, minuman, dan rokok sebesar 4,25%; kelompok pendidikan sebesar 6,24%; kelompok sandang sebesar 0,44%; kelompok kesehatan sebesar 0,17%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,94%.
Rapat itu turut dihadiri Kepala Perwakilan Bank Indonesia Babel, Ketua Satgas Pangan Babel, Kepala Badan Pusat Statistik Babel, Asisten dan Kepala Dinas Provinsi Babel, serta perwakilan Bupati/Walikota se Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.(wa)