Oleh : Wahyu Saputra
Wakil Ketua Bidang Komunikasi, Informasi dan Teknologi Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Bangka Belitung
PANGKALPINANG, LASPELA- INDONESIA mengenang Oktober sebagai Bulan Sumpah Pemuda. Ikrar yang hampir masuk 93 tahun lalu itu menunjukkan semangat perjuangan pemuda Indonesia. Semangat yang tidak pernah luntur, hanya cara dan alatnya berubah.
Di masa lalu, para pemuda menggunakan organisasi hingga mengangkat senjata sebagai cara berjuang. Mereka juga memanfaatkan aneka forum untuk menyuarakan nilai-nilai yang diperjuangkannya.
Di masa kini, organisasi tetap menjadi salah satu alat perjuangan para pemuda. Bedanya, diskusi para pemuda masa kini tidak selalu bertatap muka langsung atau populer dengan istilah kopi darat.
Kemajuan teknologi membuat aneka diskusi dan komunikasi bisa dilakukan di dunia maya. Lebih praktis lagi, aneka hal bisa dibicarakan melalui ponsel di genggaman.
Begitu pula halnya dengan yang dilakukan Pemuda Muhammadiyah. Sebagai gerakan dakwah Islam yang rahmatan lil Alamiin. Pemuda Muhammadiyah selalu bertransformasi sesuai dengan kemajuan zaman. Beradaptasi namun tidak menghilangkan esensi perjuangan dakwah itu sendiri. Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan senantiasa bersikap Fastabikul Khoirot atau berlomba-lomba dalam kebaikan selalu menjadi tujuan.
Ada 3 hal yang menjadi spirit yang dimiliki Pemuda Muhammadiyah yakni Intelektual, Dakwah dan Ekonomi namun kesemuanya ini haruslah bersumber pada ahlakul karimah. Percuma pintar namun tak ada ahlak. Maka keduanya harus saling menopang, sehingga secara pribadi maupun kelembagaan akan menjadi sosok yang senantiasa memberikan kebermanfaatan pada umat dan bangsa.
Peningkatan ahlak pemuda juga menjadi point penting pemuda Muhammadiyah dalam membentuk kadernya sehingga nanti dapat mencerahkan gerak syiar persyarikatan sebagai bagian dari mencerahkan dakwah islam.
Pesan pentingnya lainnya adalah Pemuda Muhammadiyah hari ini berjuang dengan karya untuk menjaga keutuhan bangsa, merawat keberagaman negeri, dan membuat Indonesia yang lebih baik.
Disamping itu pula, Pandangan Keislaman Muhammadiyah yaitu islam yang berkemajuan, yang sangat mendasar dan berwawasan luas dan harus menjadi alam pikiran setiap anggota Muhammadiyah, lebih lebih aktivis terutama kader dan pimpinan Pemuda Muhammadiyah.
Pada pandangan lainnya tentang wawasan kebangsaan dan kemanusiaan yang mengandung isi tentang pandangan kebangsaan Muhammadiyah menegaskan komitmen tentang NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1995 serta konsisten dalam mengintegrasikan keislaman dan keindonesiaan. Wawasan kemanusiaan, Pemuda Muhammadiyah mengambil peran dalam menegaskan pandangannya akan Kosmopolitanisme Islam, penyampaian pesan islam sebagai rahmatan Lil Alamin.
Agenda utamanya adalah menegaskan tekad dan usaha untuk terus menerus menjadikan gerakannya sebagai Gerakan Pencerahan dengan misi membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan.
Meski berstatus Ortom, namun Pemuda Muhammadiyah bersama Muhammadiyah merupakan satu kesatuan. Kaum muda dan tua merupakan kolaborasi pergerakan dengan tujuannya juga sama.
Oleh karenanya, Pemuda Muhammadiyah tetap bersikap sami’na wa atho’na terhadap ayahandanya (Muhammadiyah).
Dalam buku Haedar Nashir Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga menyebutkan ada 3 pilar dalam memahami Muhammadiyah maka sikap pemuda Muhammadiyah juga lebih action dalam penerapannya.
Adapun 3 pilar tersebut ialah :
Pilar 1 : Pandangan Keislaman Muhammadiyah
Dalam pandangan keislaman Muhammadiyah abad kedua, Muhammadiyah meyakini bahwa Islam merupakan fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam urat nadi pergerakan. Islam adalah risalah yang dibawa para Nabi hingga Nabi akhir zaman, Muhammad SAW. Islam mengandung ajaran ajaran berupa perintah perintah dan larangan juga petunjuk untuk keselamatan hidup. Islam merupakan agama yang mengandung nilai nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriyah dan ruhaniah.
Muhammadiyah adalah Gerakan islam yang membawa misi dakwah dan tajdid dalam rangka mewujudkan masyarakat islam yang sebena benarnya. Dakwah dan tajdid yang dipahami Muhammadiyah adalah jalan perubahan untuk mewujudkan islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman.
Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam berkemajuan menyemai benih benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia.
Pandangan islam berkemajuan bermuara pada pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan sebagai wujud dari islam yang berkemajuan adalah jalan islam yang membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan dan ketidakadilan hidup umat manusia.
Islam berkemajuan dan pencerahan adalah peneguhan dan pengayaan Muhammadiyah pada urusan akidah, ibadah, dan akhlak serta mu’amalat duniawiyah yang membawa perkembangan hidup.
Islam dalam pergumulan dengan kehidupan sepanjang zaman harus diwujudkan dalam amal. Islam sangat menjunjung tinggi amal sejajar dengan iman dan ilmu, sehingga islam hadir dalam paham keseimbangan sekaligus membumi dalam kehidupan.
Pilar 2 : Wawasan Kebangsaan dan Kemanusiaan
Bangsa Indonesia dan dunia kemanusiaan universal merupakan ranah sosio-historis bagi Muhammadiyah dalam menyebarkan misi dakwah dan tajdid. Misi dakwah dan tajdid dalam konteks kebangsaan dan kemanusiaan merupakan aktualisasi dari fungsi kerisalahan dan kerahmatan Islam untuk pencerahan peradaban.
Muhammadiyah sejak awal berperan sebagai pengintegrasian keislaman dan keindonesiaan. Bahwa Muhammadiyah dan umat islam merupakan bagian integral dari bangsa dan berkiprah membangun pondasi dasar kebangsaan. Nasionalisme bukanlah doktrin mati sebatas slogan cinta tanah air tetapi harus dimaknai dan difungsikan sebagai energi positif untuk membangun indonesia secara dinamis dan transformatif dalam mewujudkan cita cita nasional.
Dalam menghadapi perkembangan kemanusiaan universal Muhammadiyah mengembangkan wawasan keislaman yang bersifat kosmopolitan. Kosmopolitanisme merupakan kesadaran tentang kesatuan masyarakat seluruh dunia dan umat manusia yang melampaui sekat sekat etnik, golongan, kebangsaan, dan agama.
Kosmpolitanisme secara moral mengimplikasikan adanya solidaritas kemanusian universal dan rasa tanggung jawab universal kepada sesama manusia tanpa memandang perbedaan dan pemisahan jarak yang bersifat primordial dan konvensional.
Kosmopolitanisme Islam yang dikembangkan Muhammadiyah dapat menjadi jembatan bagi kepentingan pengembangan dialog islam dan barat serta dialog antar peradaban. Tatanan dunia baru memerlukan dialog, kerjasama, aliansi dan koeksistensi antar peradaban.
Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah memandang bahwa perdaban global dituntut untuk terus berdialog dengan kebudayaan kebudayaan setempat agar perdaban tidak terjebak dalam kolonialisme.
Pilar 3 : Agenda Abad Kedua
Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan merupakan praksis islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan merupakan jawaban atas problem kemanusiaan, berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan persoalan persoalan lain.
Gerakan pencerahan menampilkan islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme konflik, korupsi, kerusakan ekologis dan bentuk kejahatan kemanusiaan.
Gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasithiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat dan martabat, mencerdaskan kehidupan berbangsa, menjunjung tinggi akhlak mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia.
Gerakan pencerahan Muhammadiyah mengembangkan strategi dari revitalisasi (penguatan kembali) ke transformasi (perubahan dinamis) untuk melahirkan amal usaha dan aksi aksi sosial kemasyarakatan yang memihak kaum dhu’afa dan mustadh’afin serta memperkuat civil society.
Dalam gerakan pencerahan, Muhammadiyah memaknai dan mengaktualisasi jihad sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan untuk mewujudkan kehidupan seluruh umat manusia yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat.
Jihad dalam pandangan Muhammadiyah bukan perjuangan dengan kekerasan, konflik dan permusuhan.
Pada abad kedua, Muhammadiyah menghadapi perkembangan dunia yang semakin kosmopolit dan Muhammadiyah harus berperan sebagai integral dari warga semesta dan dituntut komitmennya dalam menyebarluaskan gerakan pencerahan, Demi terwujudnya wawasan kemanusiaan yang universal dan menjunjung tinggi perdamaian, toleransi, kemajemukan, kebajikan, peradaban, dan nilai nilai utama.(*)