MANGGAR, LASPELA– Basuri Tjahaya Purnama sempat diminta kakeknya untuk tidak maju pada Pilkada 2020 ini, Basuri mengakui pesan tersebut disampaikan saat sebelum wabah Covid-19 melanda Indonesia, Rabu (26/8/2020).
Berpulangnya Kakek dari Ahok dan Basuri menjadi kesedihan yang tak bisa diungkapkan oleh keduanya, mereka hanya bisa mengenang saat – saat masih bersama semasa hidup kakeknya.
Basuri yang juga mantan Bupati Belitung Timur periode 2010 – 2015, membagikan kenangan yang menurutnya sangat berarti. Ketika kakeknya masih dirawat diruang ICU, kakeknya sempat berpesan kepada dirinya agar tidak maju pada Pilkada Beltim 2020.
” Kemarin waktu sempat di ICU kakek masih ketemu saya, jangan maju (Pilkada) lagi ya kata kakek, pusing dianya. Saya ketawa pada saat itu,” ujar Basuri sembari tertawa kecil.
Basuri pun mengungkapkan maksud dari mendiang kakeknya, ia mengatakan jika dalam berpolitik khusunya saat Pilkada masih memakai suku, agama dan ras/SARA dan kotor, maka itu tidaklah adil.
” Karena beliau taulah, karena selama politik kita masih dengan cara yang tidak fair (adil) dan SARA masih dimainkan, ada tidak ada itu sudah jelas tidak bisa dipungkiri. Mangkanya saya selalu bilang kalau politik SARA itu dipakai terus ya susah, masyarakat akan repot, walaupun itu hak masyarakat,” ungkap Basuri.
Menurutnya wasit dalam penyelenggara Pilkada seharusnya bisa bertindak dengan baik, agar siapapun tidak merasa dirugikan.
” Tetapi menurut saya, penyelenggara atau wasit ini sangat penting harus betul – betul menjalankan tugasnya dengan baik, jelas kok. Tapi bukan persoalan kalah menang, persoalan yang utama adalah masyarakat akhirnya kasian, ini korbannya masyarakat kalau pemimpinnya tidak benar, ya karena hasilnya tidak benar, walaupun saya di Jakarta, saya selalu memantau dan dapat info,” jelas Basuri.
Basuri pun berharap, pemimpin baru yang akan terpilih kedepannya dapat membuat perubahan, dan bekerja keras agar Beltim lebih maju serta masyarakat lebih sejahtera.(*)