Semester I, 24 kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Ditangani PPA Dinsos Basel


Oleh: Nopranda Putra

TOBOALI, LASPELA – Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kabupaten Bangka Selatan, sampai saat ini sudah melakukan pendampingan 24 kasus kekerasan perempuan dan anak di wilayah itu.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yita Yuliza menyebutkan sebanyak 24 kasus tersebut tercatat pada semester satu tahun 2020. Hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendampingan kasus sampai selesai.

“Dari 24 kasus tersebut yang mendominasi yakni kasus perkosaan dan cabul terhadap anak dan perempuan. Terakhir kasus pencabulan di desa Kepoh, Kecamatan Toboali,” kata Yita belum lama ini

Menurutnya, daerah rawan kasus tersebut sampai saat ini ada di desa Kepoh, di sana terjadi dua kasus perkosaan dan pelecehan terhadap anak selama tahun 2020.

“Dua kasus di Desa Kepoh, kemarin kita dampingi sampai ke putusan pengadilan kasus perkosaan terhadap anak, dan satunya kasus terakhir pelecehan seksual terhadap anak,” ujarnya.

Dari kesekian kasus yang terjadi terhadap anak di Bangka Selatan, pihaknya intens melakukan pendampingan dan penanganan terhadap korban.

“Kasus perkosaan ada dua kasus yang menjadi prioritas kita, yakni kasus cabul dan kekerasan terhadap anak yang berujung traumatis terhadap korbannya. Kita tetap lakukan pendampingan korban serta edukasi ke orang tua korban, alhamdulillah kedua korban sudah bisa kembali normal secara mental dan psikologisnya,” jelas Yita.

Menurut Yita, kendati tingginya kasus di wilayah itu, pihaknya juga intens melakukan kegiatan sosialisasi serta edukasi ke daerah rawan terkait anak dan perempuan.

“Kita turun langsung ke lapangan, terutama daerah pelosok yang menjadi peta rawan kekerasan terhadap anak dan perempuan, kita beri edukasi dan sosialiasi langsung untuk menekan angka kasus tersebut,” tukasnya.

Yita juga mengatakan membutuhkan peran psikolog di Kabupaten Bangka Selatan untuk melakukan penanganan langsung terhadap korban kekerasan terhadap anak dan perempuan di Bangka Selatan.

“Selain adanya satgas PPA, kita juga membutuhkan peran psikolog untuk stay di sini dalam upaya penanganan psikologis terhadap korban,” sebutnya. (Pra)