banner 728x90

Makanan Berjarak 1 Meter Dari Sampah, Mantan Pasien Covid-19 Belitung Luapkan Rasa Sedih

banner 468x60
FacebookTwitterWhatsAppLine

MANGGAR, LASPELA– Mantan pasien positif Covid-19 ceritakan pengalamannya selama dirawat di Rumah Sakit Marsidi Juwono Tanjung Pandan. Di karantina selama 35 hari bersama istri yang juga terkonfirmasi positif Covid-19, Mantan pasien ini luapkan rasa sedihnya karena bully dan difitnah, Selasa (28/7/2020).

Kusniardi adalah mantan pasien Covid-19 yang akhirnya dinyatakan sembuh setelah 35 hari melakukan karantina serta perawatan yang insentif di RS Marsidi Juwono Tanjungpandan Kabupaten Belitung. Tak hanya dirinya, istrinya pun dinyatakan positif Covid-19 setelah dilakukan uji swab dan juga dirawat ditempat yang sama.

banner 325x300

Saat dalam perawatan, Kusniardi mengakui jika dirinya tak menunjukan gejala yang signifikan selama dinyatakan positif Covid-19, Malahan dirinya merasakan sedih selama dikarantina di Rumah Sakit, ia merasa seperti dipenjara serta di bully dengan luar biasa.

“Saya ingin menyampaikan jika kata kuncinya bahwa penyakit ini tidak berbahaya, yang berbahaya adalah heboh dan fitnahnya saja. Saya sudah merasakan 35 hari di isolasi dan juga istri saya yang di isolasi selama 39 hari. Dari awal sejak saya di rapid lalu saya di swab dan dinyatakan positif sampai akhirnya pulang memang tidak ada sakitnya, dari awal hingga selesai begitu – begitu saja. Yang jadi masalah adalah keluhannya sedih, kesal karena rasanya seperti dipenjara dan di bully luar biasa, istri saya juga dibully,” ungkap Kusniardi yang juga salah satu Kepala Sekolah Di Kecamatan Dendang.

Kusniardi juga membeberkan perlakuan pihak Rumah Sakit selama dirinya dirawat. Dirinya merasa ada masalah yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, karena menurut laporan pihak rumah sakit bahwa dirinya  memakai ventilator beserta 12 orang lainnya, tetapi dirinya sama sekali tidak pernah memakai alat bantu pernafasan tersebut selama dirawat di RS Marsidi Juwono.

“Selama perawatan di Rumah Sakit ada sedikit troubel atau ada  salah saya tidak tau, karena ada laporan kami ini semuanya di ventilator, ada 13 orang yang di ventilator. Saya sampaikan kalau pak Aan (Wabup Beltim) 2 atau 3 hari sekali beliau telpon saya atau saya telpon beliau video call, memperlihatkan ke orang – orang bahwa saya joget – joget, saya senang, itu membuktikan kalau tidak mungkin saya pakai ventilator, tetapi laporannya memakai ventilator. Itu saya sebut pembohongan publik dan kami merasa di zalimi,” bebernya didepan para kepala OPD dan Forkopimda Belitung Timur.

Tak hanya itu, Kusniardi juga menyayangkan pelayanan rumah sakit yang dianggapnya tidak maskimal merawat pasien Covid-19. Tenaga medis hanya 1 minggu sekali datang ke ruang pasien hanya untuk mengganti sprei saja.

“Kami tidak pernah dikawal, tidak pernah diurusi, perawat itu harusnya 4 kali masuk, mereka ada 6 shift. Harusnya setiap shift mereka masuk ke ruangan, saya sampaikan tidak pernah masuk keruangan kecuali ganti sprei seminggu sekali. Yang masuk hanyalah cleaning service, hanya antar makanan yang diletakkan didepan pintu yang jaranya hanya 1 meter dari tempat sampah,”  ungkapnya dengan rasa kecewa.

Ia berharap agar perlakuan Rumah Sakit bisa lebih baik lagi, dan tidak ada pasien Covid-19 yang mengalami hal yang sama seperti dirinya.(*)

banner 325x300
banner 728x90
Exit mobile version