KOBA, LASPELA– Mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Universitas Bangka Belitung (UBB) di Desa Kurau Timur menggelar diskusi bersama pihak Desa Kurau tentang pembuatan bahan stek karang dan progres persiapan kelanjutan kegiatan kelompok konservasi biota laut Desa Kurau Timur.
Hadir selaku narasumber yakni Ketua Konservasi Biota Laut di Desa Kurau Timur, Andre, dan Dosen jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, M. Rizza Muftiadi, S.Pi., M.Si., serta dihadiri oleh Kepala Desa Kurau Timur, Jasila, Bumdes dan BPD Desa Kurau Timur.
Dalam pemaparannya, Andre menerangkan tentang media penanaman karang dan teknik transplantasi karang, dimana media yang digunakan yaitu media batok kelapa dan semen, sedangkan teknik dalam transplantasi karang yaitu menggunakan teknik bioreeftek.
Pembuatan media bioreeftek menggunakan tempurung kelapa, tiang aluminium, media papan bioreef untuk menancap 9 tiang aluminium dalam 1 papan media (semen). Pipa aluminium diberi skoring (interval) 5 cm pada bagian bawah, sesuai dengan ketebalan substrat papan. Skoring dirancang sedemikian rupa sehingga tiang aluminium dapat berdiri tegak dan tidak mudah roboh.
Kemudian Pengecoran substrat tempurung kelapa menggunakan komposisi yang sama dengan pembuatan media substrat bioreef.
“Tempurung kelapa yang sudah halus dipotong, dilubangi, dan disusun pada tiang bioreeftek secara terbalik. Hasil cor yang setengah kering selanjutnya diangkat dan dijemur,” kata Andre, Senin (27/7/2020).
Andre melanjutkan bahwa media yang sudah dicetak dijemur hingga benar-benar kering sehingga substrat kokoh dan tidak mudah hancur saat diletakkan di dasar perairan. Kemudian dilakukan pengecoran tiang aluminium agar pipa aluminum yang dipasang sebagai tiang bioreeftek tidak mudah bengkok terkena arus dan gelombang saat di dasar laut, setelah dicor barulah substrat tempurung kelapa disusun pada tiang aluminium.
“Penempatan bioreeftek di dasar laut dilakukan dengan menenggelamkan unit-unit bioreeftek di lokasi rehabilitasi yang telah ditentukan, kedalamannya adalah 3-10 meter pada perairan yang relatif tenang dengan distribusi nutrient yang relatif baik (kecepatan arus sekitar 20 cm/detik). Penyusunan unit bioreeftek secara memanjang sejajar pantai dengan jarak antar unit 1 meter, serta dirawat secara berkala setiap 1 bulan untuk memantau kelangsungan hidup dan pertumbuhan bibit karang,” terang Andre.
Sementara Rizza menjelaskan tentang media penanaman karang yang berbahaya bagi biota dan ekosistem di perairan laut. Ia menegaskan bahwa salah satu media yang tidak boleh digunakan sebagai rumah ikan adalah ban bekas, karena dapat menimbulkan efek berbahaya bagi ekosistem laut.
Menurut Rizza, bahan kimia yang terkandung dalam ban bekas yang merupakan hasil dari proses dekomposisi suatu bahan atau hasil dari proses pirolisis ban yaitu mengandung tar, asam asetat, metanol dan hidrokarbon kompleks, metan, karbon monoksida, karbon dioksida, dan zat berbahaya lainnya.
“Ban bekas akan terurai secara perlahan dalam jangka waktu yang lama, dan zat yang terkadung dalam ban bekas tersebut dapat merusak ekosistem di perairan,” kata Rizza.
Koordinator Mahasiswa KKN UBB di Desa Kurau Timur, Robi Gunawan, mengatakan bahwa hasil diskusi narasumber dan mahasiswa/i KKN Desa Kurau Timur adalah memberikan solusi suatu alternatif material pengganti ban bekas dalam proses transplantasi dengan mengganti dengan material yang terjangkau dan ramah lingkungan seperti penggunaan limbah batok kelapa.
“Media batok kelapa menjadi salah satu alternatif dan inovasi baru dalam proses transplantasi terumbu karang khususnya di perairan laut Ketawai maupun wilayah lainnya,” ujar Robi.
Kades Jasila berharap agar program bersama Mahasiswa KKN Desa Kurau Timur dapat berjalan dengan lancar dan sukses.(jon)