Belajar Dari Rumah, Ahmad Yudiar : Tak Semua Siswa Punya Fasilitas Penunjang

PUDING BESAR, LASPELA — Sejak pandemi covid-19 menyebar di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia, kini proses bekerja dan belajar dari rumah bagi para pendidik dan anak didik menuai kontroversi dan dilema.

Meskipun Kemendikbud sudah melayangkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), dimana salah satu poin pentingnya adalah melaksanakan proses pembelajaran dari rumah.

Ahmad Yudiar, Guru BK SMA N 1 Puding Besar mengaku cara daring yang kini tengah diberlakukan oleh Kemendikbud dinilai sulit jika mengharapkan siswa harus memahami materi.

“Meski kemendikbud sudah memberikan rambu-rambu bahwa proses pembelajaran yang dilakukan dari rumah harus menekankan pada pendidikan kecakapan atau keterampilan dan tidak harus menuntut pencapaian ketuntasan kurikulum. Namun cara ini menuai kontroversi, karena bagi sebagian pendidik sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan,” jelas Yudiar, Sabtu (2/5/2020).

Ia juga menyebutkan jika kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Hal tersebut yang kini menjadi salah satu kendala dalam proses belajar melalui daring.

“Tidak semua siswa memiliki fasilitas penunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Gawai yang kurang support, koneksi lemot, kuota internet yang membuat kantong melorot ini yang menjadi kendala,” kata pria yang juga seorang qori itu.

Bahkan menurutnya, hampir semua siswa menyampaikan berbagai keluhan ketika menjalani pembelajaran dari rumah. Adanya kebijakan pembelajaran dalam jaringan dari rumah membuat para siswa merasa jenuh.

Tak hanya itu, kini guru pun mengalami dilema yang luar biasa, Work From Home (WFH) memaksa para guru untuk dapat membagi waktu antara tugas dan tanggung jawab pembelajaran terhadap siswa sekaligus kesibukan mengurus rumah tangga.

Kondisi ini membuat para guru kehilangan arah dan kehabisan ide untuk melakukan pembelajaran daring yang efektif dan efisien. Belum lagi tidak semua siswa memiliki akses smartphone dan internet untuk bisa mengakses tugas-tugas yang diberikan guru.

“Bisa dilihat bagaimana gagapnya para pendidik, stresnya orangtua yang mendampingi anak-anaknya belajar di rumah, dan tentunya bagaimana siswa kualahan menghadapi tumpukan tugas dari para pendidik,” tandasnya.

Kendati demikian, ia berharap agar virus Corona (Covid-19) cepat selesai, sehingga kegiatan belajar mengajar kembali seperti semula.

“Semoga kondisi ini cepat pulih dan corona segera pergi dari negeri ini,” harap Yudiar. (mah)