SUNGAILIAT, LASPELA — Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Namun hal tersebut tak jarang disalahgunakan untuk bermalas-malasan pada saat bulan ramadan.
Kepala Kemenag Bangka, Syaipul Zohri mengatakan jika niat tidur karena malas untuk bekerja bahkan sampai melalaikan sholatnya, maka itu tidur yang salah guna, karena gagal paham.
“Memang betul tidurnya orang berpuasa itu ibadah, apalagi dengan alasan jika tidak tidur maka tidak bisa menjaga mulut kita, tidak bisa menjaga mata, hati, telinga kita, dan juga tidak mampu menjaga anggota badan kita dari hal-hal yang dapat merusak ibadah puasa kita,” jelas Syaipul, Sabtu (25/4/2020).
Syaipul juga mengatakan segala sesuatu yang berlebihan itu jelas tidak baik. Menurutnya, akan lebih baik jika waktu yang ada dapat dimanfaatkan dengan melakukan perbuatan ibadah atau bekerja.
“Banyak tidur saat berpuasa itu tidak dapat membatalkan puasa. Hanya saja telah meninggalkan banyak keutamaan-keutamaan yang seharusnya dapat diraih ketika berpuasa, seperti membaca ayat suci Al-Qur’an, berdzikir, dan melakukan amal-amal shalih lainnya. Karena pahala puasa seseorang itu juga tergantung dengan bagaimana jerih payahnya saat ia melaksanakan puasa,” tuturnya.
Selain itu kebanyakan tidur dari sisi kesehatan juga tak baik. Menurut dr Then Suyanti Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka mengungkapkan kebanyakan tidur akan membuat badan terasa pegal-pegal.
Para dokter setuju, tidur cukup dan sangat penting bagi kesehatan. Tidak hanya membantu kita fokus, tetapi juga membantu mengisi ulang energi kita, menurunkan risiko obesitas, diabetes dan beberapa penyakit lainnya.
Namun berdasarkan penelitian menyebutkan Individu yang tidur lebih dari 10 jam perhari umumnya memiliki profil kesehatan yang lebih buruk dibandingkan mereka yang tidur 7 sampai 8 jam perhari.
Oleh karenanya, dalam berpuasa lebih baik menerapkan tidur secukupnya, dan mengisi waktu luang dengan aktivitas positif lainnya.(mah)