Oleh : Wina Destika
BANJARBARU, LASPELA – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menghadiri peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 yang mana berlangsung sejak 7-9 Februari 2019 di Banjarmasin dan Banjarbaru.
Dengan didampingi Gubernur Kalimantan Selatan, Sabhirin Noor, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, Ketua DPR RI, Puan Maharani, Ketua Dewan Pers, M Nuha Ketya, dan Ketua Umum PWI, Atal S Deparitiba, hadir pada Hari Pers Nasional 2020 berlangsung di Kompleks Setda Provinsi Kalimantan Selatan, Sabtu (08//2/2020).
Sejumlah kegiatan dilaksanakan dalam rangkaian peringatan HPN 2020, antara lain seminar inovasi pelayanan publik, pameran karya pers, serta Konvensi Nasional Media Massa.
Tujuan Presiden Jokowi ialah untuk bersilaturahmi dengan para tokoh dan komponen pers serta masyarakat Kalsel. Pada acara tersebut, dihadiri kurang lebih 5.000 wartawan dari berbagai daerah seluruh Indonesia, pemilik media, tokoh pers, wartawan ASEAN, hingga duta besar negara sahabat.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan ucapan terima kasih kepada insan pers, karena dalam lima tahun terakhir masa kepemimpinannya, para insan pers sudah turut membantu memberitakan kerja pemerintah dan menyampaikannya kepada masyarakat.
“Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada insan pers, karena dalam lima tahun terakhir, pers secara konsisten telah mewartakan kerja-kerja pemerintah memberikan dukungan juga memberikan masukan dan kritik-kritik,” ucap Jokowi.
Begitu juga dalam situasi sekarang ini mengenai pemberitaan Virus Corona. Jokowi membutuhkan peran pers agar turut membantu menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat dan tidak menambah kepanikan.
“Peran pers sangat dibutuhkan. Turut membantu menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat dan tidak menambah kepanikan, apalagi ikut memberikan informasi yang salah,” kata Jokowi.
Lebih jauh, Ia pun mendorong pers untuk melawan “information disorder” atau kekacauan informasi yang sering dilakukan dengan sengaja, memerangi hoax, ujaran kebencian, dan sumber fitnah yang mengancam kehidupan demokrasi Indonesia.
“Negara sangat membutuhkan kehadiran pers dalam perspektif yang jernih, berdiri di depan, mewartakan berita-berita baik dan agenda-agenda besar bangsa Indonesia, membangkitkan semangat yang positif yang mendorong optimisme bangsa,” katanya.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sehat informasi. Dengan berita-berita positif dan membangun yang menghadirkan konten berita bermutu bagi masyarakat.
“Karena masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang mendapat informasi yang baik, dan informasi yang baik memerlukan jurnalisme yang baik serta ekosistem yang baik. Oleh sebab itu, ekosistem media harus dilindungi dan harus diproteksi, sehingga masyarakat mendapatkan konten berita yang baik,” terangnya.rill/(wa)