Oleh: Nopranda Putra
*Pemilik TI Hanya Mau Ganti Rugi Rp 10 Juta
TOBOALI, LASPELA – Kerusakan alam akibat aktivitas Tambang Ikonvensional (TI) kembali terjadi di Kabupaten Bangka Selatan.
Kali ini menimpa pasangan suami istri Pariyadi (62) dan istriny Ernawati (50), pohon aret sebanyak 800 milik pasutri warga Sukadamai, Toboali terendam tailing di kawasan Parit 3, Toboali.
Pasutri ini terpaksa mengurungkan hasil sadap karet setelah melihat kebun karet yang ditanamnya sejak 2010 lalu terancam mati di atas lahan 100 x100 meter ini. Pariyadi hanya bisa berpasrah melihat air bercampur lumpur yang berasal TI terus membanjiri lahan pohon karetnya.
Matinya kebun karet miliki Pasutri tersebut karena jebolnya tanggul limbah dari Tambang Inkonvensional (TI) milik salah satu warga Toboali sejak satu minggu lalu.
Kepada awak media, Pariyadi mengisahkan pohon karetnya sudah dipastikan tidak bisa di sadap lagi mengingat daun pohon karetnya yang semakin gugur dan menguning.
“Pohon karet ini saya tanam sebanyak 1000 pohon, namun sudah mati 200 pohon. Jadi sebanyak 800 pohon yang saat ini terendam tailing,” keluhnya, kamis (26/12) didampingi istri dan anak asuhnya Susi
Sampai saat ini, dirinya sudah beberapa kali berkomunikasi dengan pemilik TI, namun tak kunjung mendapat ganti rugi hingga saat ini.
“Sudah pernah ketemu Pemilik TI, Ia hanya menjanjikan untuk mengganti rugi, namun hingga saat ini belum dibayar juga,” katanya.
Sementara itu, Susi menambahkan, ayah dan ibu asuhnya hanya bisa merelakan bila pohon karetnya mati dan tidak mendapat ganti rugi dari pemilik TI, kendati sudah berkomunikasi dan pemilik TI berjanji untuk bayar ganti rugi.
Ia juga menjelaskan, tafsiran kerugian bisa mencapai ratusan juta karena yang digunakan itu merupakan binit karet unggul.
“Kalau mau bicara berapa biaya kerugian.Ditotal total kurang lebih 150 juta mengingat pohon karet tersebut merupakan bibit unggul, sudah ditanam selama sembilan tahun dan belum pernah di sadap,” ungkapnya.
Mirisnya lagi, pemilik TI hanya menyanggupi sepuluh juta dan tentu saja kami tolak karena tidak sebanding dengan nilai jumlah bibit unggul dan juga karet yang siap dipanen atau sadap.
“Malah sempat ada jawaban dari pemilik tambang bahwa limbah tambang tersebut bukan berasal dari TI miliknya. Pemilik TI tersebut menuduh TI lainnya dan air hujan yang menjadi penyebab lahan pohon karet ayah saya terendam limbah TI,” sesalnya.
Dan lanjut dia, pemilik TI juga sempat membuat tanggul untuk menahan laju limbah, akan tetapi tanggul tersebut kembali jebol dan tetap membanjiri lahan pohon karet tersebut. (Pra)
Leave a Reply