Oleh: Agus Ismunarno
Wartawan Utama
*Merusak Perdamaian Ikon Pariwisata
*Ironi Belitung yang Warganya Hidup dari Wisata
*Banyak Jenis Pelanggarannya
*Proses Hukum Harus Ditegakkan
LASPELA – Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Dr H Erzaldi Rosman SE MM menandaskan Tragedi Sijuk bukanlah cerminan Masyarakat Melayu Kepulauan Bangka Belitung.
“Kita sangat menyayang kan dan prihatin atas tragedi ini. Kewibawaan pemerintah diluluh lantakan oleh oknum masyarakat yang sudah sangat jelas melanggar hukum,” tegas Gubernur Erzaldi dalam wawancara khusus dengan LASPELA Media Group kemarin.
Tragedi penambang ilegal itu, kata Gubernur Erzaldi, sangat mencoreng nilai kearifan lokal masyarakat dan budaya urang Melayu yang selalu ramah, santun, beradab, dan saling hormat menghormati.
Orang nomor satu di Babel itu kembali menegaskan, “Kini atas tragedi itu terkesan kita menjadi masyarakat yang brutal, masyarakat yang “berani”, masyarakat yang tak lagi menggunakan akal sehatnya.”
Ungkapan keprihatinan yang mendalam itu Gubernur Erzaldi ungkapkan sehubungan dengan ulah brutal dan anarki oknum kepada pejabat pemerintah dan aparat oleh oknum puluhan penambang yang diduga ilegal di kawasan Tanjung Siantu, Kecamatan Sijuk, Belitung, Babel, Sabtu (2/11-2019).
Puluhan penambang itu mengamuk, memecahkan kaca-kaca mobil Tim Operasi Satpol PP Provinsi Bangka Belitung.
Mereka tidak terima lantaran peralatan tambang rajuk mereka dibongkar petugas Satpol PP.
Massa yang diperkirakan lebih dari 50 orang juga itu juga menyerang personil Satpol PP yang masih kelelahan usai mengangkat peralatan tambang dari dalam hutan mangrove.
Akibatnya, puluhan petugas sempat kocar kacir berlarian di antara hutan mangrove.
Massa juga sempat melampiaskan kemarahannya pada Wakil Gubernur Bangka Belitung, Abdul Fatah, yang ikut serta dalam rombongan tim penertiban tambang rajuk.
Dengan nada makian massa, Wagub sulit memberikan penjelasan kepada oara penambang yang sudah emosi. Di saat Wagub mencoba bernegosiasi dengan massa, justru sebagian lainnya kembali menyerang dengan memukul petugas Satpol PP dengan potongan kayu dan mengacungkan parang.
Petugas yang nyaris tanpa pengaman, kembali berhamburan lari ke arah hutan bakau menyelamatkan diri. Beberapa diantaranya yang tidak sempat melarikan diri, hanya bisa pasrah saat ayunan kayu menghantam tubuh mereka.
Akibatnya, satu orang anggota Satpol PP diduga mengalami patah bagian rusuk. Satu orang mengalami patah bagian tangan dan satu orang di bagian kepala. Sisanya, harus menahan sakit memar akibat hantaman kayu.
Emosi massa yang tidak kunjung mereda, berlanjut dengan memaksa Wakil Gubernur Babel Abdul Fatah, menyusuri kawasan mangrove yang sedang pasang laut setinggi 1 meter.
Massa meminta Wagub melihat langsung dan meminta ganti rugi atas kerusakan peralatan tambang mereka. Sekitar 1 jam kemudian, barulah Wagub kembali ke daratan dan diiringi keluar dari kawasan mangrove.
Massa juga membakar pakaian anggota Satpol PP yang dilepas saat melakukan penertiban. Tak hanya itu, sejumlah handphone, uang dan barang berharga lainnya ikut dibakar massa yang sudah di luar kontrol tersebut (laspela.com Sabtu 2/11-2019).
Ironis
Gubernur Erzaldi lebih lanjut mengungkapkan bahwa Belitung kini tengah membangun wisata bermodalkan alam pantai nan indah, dan masyarakat yang ramah tamah. Tiba-tiba kedamaian itu dikejutkan dengan kejadian ini.
“Ironis sekali. Tragedi ini terjadi di sentral wisata Belitong. Pantai Siantu adalah bagian dari Pantai Batu Bedil yang kini tengah digadang gadang menjadi salah satu kawasan Geopark Belitong,” ungkap Gubernur Erzaldi menyayangkan.
Sepintas, kata Gubernur Erzaldi, artinya warga Sijuk telah menjadi masyarakat wisata. Pola pikir mereka tak lagi berorientasi tambang. Bahkan, banyak diantara warga Sijuk yang mulai merangkak sukses dengan ladang kehidupan yang baru ini ,”kata Gubernur Erzaldi menyimpulkan.
Dengan nada bertanya Gubernur mengajak merwnung: “Lantas siapa yang menjadi biang kerok dari Tragedi Sijuk”? Betulkah mereka “orang Sijuk”? Atau apakah mereka warga Belitong? Ini penting dipertanyakan, jangan sampai Tragedi Sijuk merusak citra masyarakat Bangka Belitung yang selalu damai dan penuh silaturahmi, sangat menghargai sesepuh, apalagi itu Pejabat tinggi pemerintah daerah, sekelas Wagub.”
Tindak Tegas
Mantan Bupati Bangka Tengah itu kembali menyayangkan, Tragedi Sijuk bukanlah cerminan masyarakat Melayu Bangka Belitung.
“Untuk itu kita akan tindak tegas. Tak ada kata damai terhadap pelanggaran hukum. Dan saya mendengar persoalan ini berujung damai,” tandas Gubernur Erzaldi.
Bukan damai tak boleh, kata Gubernur Erzaldi, tapi secara individu individu silakan berdamai. Tapi tidak terhadap pelanggaran hukum yang mereka lakukan.
“Ini tetap harus diproses. Pelanggarannya sudah sangat jelas. Hutan lindung dirusak. Menanbang secara ilegal,
aset negara dirusak dan lain-lainnya,” kata Gubernur Erzaldi merinci jenis pelanggarannya.
Nah dari berbagai pelanggaran ini, saran Gubernur Erzaldi, aspek mana yang bisa diselesaikan dengan berdamai. Rasanya tidak ada..
Tetapi karena mungkin ada perdamaian diilakukan hal ini bersentuhan pribadi Abdul Fatah, kalau diartikan seperti itu.
“Tapi tidak, bila saat itu Abdul Fatah datang dalam kapasitas sebagai Wakil Gubernur yang sedang melaksanakan tugas negara,” tegas Gubernur Erzaldi. (*)