Oleh: Nopranda Putra
TOBOALI, LASPELA – Pada acara pelantikan pengambilan sumpah jabatan anggota DPRD Bangka Selatan (Basel) masa jabatan 2019-2024, terdapat fenomena krusial yang terjadi di gedung mahligai DPRD Basel tersebut.
Anggota DPRD Basel yang dilantik dari partai Gerindra dari dapil 4, Yogi Maulana menjadi sorotan publik.
Pasalnya, saat pelantikan pengucapan sumpah janji anggota DPRD Basel terpilih, dirinya tidak mengenakan pakaian sipil lengkap sesuai dengan Pasal 2 ayat (2,3) Perpres No.71 tahun 2018 menyebutkan, PSL untuk laki-laki berupa: jas berwarna gelap, kemeja lengan panjang putih, celana panjang yang berwarna sama dengan jas, dasi dan sepatu hitam.
Sedangkan yang digunakan Yogi Maulana yakni Peci hitam, Kemeja lengan panjang, jas hitam, Celana panjang hitam dan sepatu sporti bewarna putih merek Balenciaga yang diketahui dibanderol Rp. 15, 5 juta itu.
Jelas dengan tampilan dirinya seperti itu, ia sudah mengangkangi aturan Perpres nomor 71 tahun 2018 pasal 2 ayat (2,3).
Menanggapi hal itu, kader Gerindra dari DPC Basel, Marzam mengatakan sangat menyayangkan dengan etika yang ditunjukkan seorang pemuda umur 22 tahun itu, dengan menonjolkan kemewahan yang tidak pada tempatnya.
Sebagai kader Gerindra senior di DPC Basel, Marzam meminta Yogi harus menerapkan gaya hidup sebagai wakil rakyat pada rapat resmi sesuai standar operasional prosedur (SOP).
“Sangat disayangkan, seharusnya dia harus tahu SOP nya saat pelantikan, karena pelantikan resmi paripurna. Jadi tidak perlu menonjolkan kita berduit, seharusnya ikut irama yang telah diatur panitia peresmian dan tidak perlu sepatu mahal,” kata Marzam kepada wartawan, Selasa (17/9).
Menurut dia, seorang wakil rakyat, Yogi tidak perlu mengikuti gaya hidup pejabat tinggi negara, seperti ketua DPR RI Bambang Sosetyo dan anggota DPR RI Ahmad Sahroni.
“Tidak perlu ikut gaya orang, barang mahal bukan jadi tolak ukur kita untuk kritis,” tandasnya.
“Terlepas dia muda, dia punya pendidikan dan harus berinteraksi dengan acara resmi itu. Dan selaku kader Gerindra harusnya dia menunjukkan jati diri seorang Gerindra yang kredibel dan beretika dengan identitas Gerindra,” sebutnya.
Marzam menilai, Yogi dibesarkan secara instan sebagai kader Gerindra dan hasilnya minim attitude.
“Mungkin inilah kader karbitan, jadi muncul karena duit bukan karna popularitas dalam berpolitik,” cetus Marzam. (Pra)