banner 728x90

Ubah Prilaku BAB Sembarangan, Desa Aik Ketekok Jadi Desa STBM

banner 468x60
FacebookTwitterWhatsAppLine

Oleh: Andini Dwi Hasanah

TANJUNGPANDAN, LASPELA- Desa Aik Ketekok Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, ditetapkan sebagai Desa pencanangan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Selasa, (17/09/2019).

banner 325x300

Penetapan STBM itu, dilakukan oleh Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie dengan ditandai pemukulan gong di Aula Kampus Akademi Manajemen Belitung (AMB).

Desa ini ditetapkan sebagai STBM, lantaran sejak beberapa tahun belakang sudah menjalankan program Stop BAB (Buang Air Besar) Sembarangan (SBS). Pilar pertama (SBS) STBM tersebut, sudah dilakukan oleh Desa Aik Ketekok 100 persen.

Dikatakan Kepala desa Aik Ketekok Antony, sebelumnya Desa Aik Ketekok ini sudah masuk desa ODF (Open Defecation Free) atau desa dengan tingkat individu dalam suatu kelompok tidak buang air besar sembarangan lagi.

“Kita tingkatkan jadi desa STBM karena dari segi pendidikan dan letak geografis, kita sudah mapan dan sudah mampu dan tidak mungkin rasanya Desa Aik Ketekok ini BAB (Buang Air Besar) sembarangan, dan kita sudah menuju ke kota dan masyarakatnya sudah mengerti pentingnya hidup higienis dan sehat,” ujar Antony.

Selanjutnya, Antony juga mengatakan akan mempertahankan gelar STBM tersebut dengan program desa mereka dengan cara membantu masyarakat memperbaiki sanitasi yang rusak di masyarakat mereka.

Sementara itu, Kelapa Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung Suhandri mengatakan, Desa Aik Ketekok ini memang sudah layak mendapatkan gelar STBM tersebut karena masyarakat di Desa Aik Ketekok seluruhnya telah memenuhi syarat STBM yaitu tidak buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum di rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan penerapan sistem pengolahan air limbah.

“Tinggal kita memicu 12 desa berikutnya, karena yang paling berat itu mencapai desa ODF, buang air besar sembarangan itu, apa lagi kita di daerah perairan, daerah pantai. Jadi masyarakat-masyarakat yang berada di pinggir pantai, itu agak sulit kita mengedukasinya supaya membuat jamban sesuai dengan standar yang kita inginkan,” ujar Suhandri.(din)

banner 325x300
banner 728x90
Exit mobile version