Oleh: Andini Dwi Hasanah
TANJUNGPANDAN, LASPELA– Bupati Belitung Sahani Saleh akhirnya menyatakan bahwa polemik penamaan Satam Square telah usai pasca dibahas dalam forum diskusi coffee morning yang digelar Polres Belitung, Rabu (28/08/2019).
Sebelumnya, polemik penamaan bundaran tugu satam yang berada di pusat kota Tanjungpandan tersebut sempat menjadi topik hangat di kalangan masyarakat Belitung. Tetapi Sanem memastikan untuk penamaan tugu bundaran satam tersebut tetap bernama Satam Square.
Menurut Sanem, penamaan area ikon Kota Tanjungpandan menjadi Satam Square dipertimbangkan demi mendukung pengakuan dunia meraih status Unesco Global Geopark (UGG) yang tengah diupayakan Pemkab Belitung.
“Alhamdulillah semuanya clear, jadi tidak usah lagi diwacanakan bergejolak, berpolemik, tapi sudah menyatu Satam Square adalah ikon Belitung. Ini istilahnya mau tak mau untuk mendapatkan pengakuan dunia bahasa pun harus bahasa mendunia,” jelasnya.
Selanjutnya, Sanem juga mengatakan pada kopi morning tersebut lembaga adat yang di Belitung mendukung dengan penamaan Satam Square. Dan ini bukan termasuk meninggalkan kearifan lokal. Karena Belitung juga harus menggunakan bahasa yang mendunia untuk Belitung lebih dikenal.
Berbicara dari sisi birokrasi, pemda akan menyiapkan Surat Keputusan (SK) sebagai payung hukum penamaan ikon Kota Tanjungpandan menjadi Satam Square. Namun, dirinya mengakui membutuhkan waktu untuk mempersiapkan SK tersebut.
“Secara personal, itu (penamaan Satam Square) akan dibuatkan SK (Surat Keputusan) Bupati. Nah kalau menunggu SK Bupati mungkin sampai tahun 2025 kelak baru jadi, lebih baik harus gerak jalan dulu, itu yang terbaik” katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie meminta maaf kepada masyarakat Belitung jika terdapat hal yang tidak berkenan ataupun terlampaui selama proses penamaan Satam Square.
Selain itu, dirinya juga mengajak masyarakat untuk kembali bersinergi dan fokus dalam membangun daerah.
“Karena saya pemimpin muda, punya speed yang cepat, kami ingin pembangunan yang lebih cepat dibandingkan daerah lain, daya saing tinggi. Karena itu mungkin dalam proses kemarin ada hal-hal yang kurang berkenan, terlampaui saya mohon maaf kepada seluruh masyarakat Belitung yang merasa kurang nyaman atas proses tersebut,” ungkap Isyak. (din)