Oleh : Wina Destika
PETALING, LASPELA – Sumardi selaku petani Kopi Robuta menuturkan, awal mula menanam kopi di Petaling Banjar ini, bermula dari pada tahun 2012 ia membaca sebuah artikel kopi, dimana Indonesia penghasil Kopinomor tiga di dunia, setelah Brazil dan Vietnam.
Untuk di Indonesia, diungkapkannya, 60 persen dikelola oleh perusahaan, dan 40 persennya oleh masyarakat petani. “Disitu saya punya pemikiran, bahwa sebagai petani masih punya peluang banyak. Ini hanya sekedar terobosan, bukan kita ingin mematikan petani lada, karet. Ini adalah pilihan petani untuk menambah perekonomiannya,” ujarnya di sela-sela meninjau kebun dan proses produksi Kopi Robusta Petani Petaling Banjar, pada Jumat (16/8/2019) petang.
Sistem pemasaran selama ini, yang Ia pakai adalah “alam koboi”.” Saya ada temen di 5 provinsi di luar pemerintah, semacam touke. Saya katakan ke mereka, seandainya saya punya barang di Bangka, bisa tidak bantu saya untuk mengeluarkannya. Mereka bilang insya Allah bisa, untuk biji mentah,” kata Sumardi.
Ia menyebutkan, penjualan kopi yang telah dihasilkan menjadi kopi bubuk, jualnya langsung ke konsumen dengan brand Kopeling Banjar 12. “Kopling itu, singkatan dari Kopi Petaling. Banjar itu penyebar Islam di Petaling, dan 12 adalah Pahlawan 12. Itu filosofinya,” ucap Sumardi.
Sumardi mengaku, selama ini Ia kendalanya bibit, kemudian mengembangkan, karena Ia punya anggota sebanyak 40 orang. “Kami harapkan ke pemerintah adanya bantuan bibit secara gratis. Kedua, bantu sistem pemasaran bubuk Kopi,” imbuhnya.
Dialog bersama petani kopi Desa Petaling Banjar ini, ditutup dengan penyerahan secara simbolis bantuan pupuk organik oleh Gubernur Erzaldi kepada Kelompok Tani di Kabupaten Bangka.rill/(wa)
Leave a Reply