Erzaldi Yakin Kopi Petaling Banjar jadi Sentra Kopi di Bangka

Oleh : Wina Destika

PETALING, LASPELA – Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) yang selama ini dikenal dengan daerah penghasil timah dan Lada, juga memiliki potensi penghasil tanaman kopi. Jika sebelumnya diketahui hanya ada di Pulau Belitung, kini kopi juga sudah mulai di tanam di Pulau Bangka, tepatnya di Desa Petaling Banjar, Kecamatan Mendobarat, Kabupaten Bangka.

Setelah di tanam sekira sejak 6 tahun lalu, oleh Sumardi (40) bersama rekan-rekannya, dengan lahan yang dimiliki lebih kurang 40 hektar, saat ini, tanaman Kopi Robusta, sudah mulai di produksi menjadi Kopi bubuk, dan dijual secara door to door di Babel.

Untuk memberikan dukungan agar tanaman Kopi Robusta bisa berkembang lebih baik kedepannya, Gubernur Babel Erzaldi Rosman, didampingi Kepala Dinas Pertanian Provinsi Babel, Juaidi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangka, Kepala BPTP Babel, dan sejumlah Penyuluh Pertanian Provinsi Babel, mengunjungi langsung kebun Kopi Petani Sumardi bersama rekan-rekannya itu, sekaligus melihat proses pembersihan hingga menjadi Kopi bubuk.

Selain meninjau kebun dan proses produksi Kopi Robusta Petani Petaling Banjar, Gubernur pada Jumat (16/8/2019) petang itu, juga berdialog dengan para Petani Kopi di Desa Petaling Banjar yang jumlah telah mencapai 40-an orang.

Kepada petani kopi Petaling Banjar, Erzaldi menyambut baik terobosan menanam kopi Petaling Banjar ini.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Babel akan membantu petani di desa ini sebanyak 100 hektar bibit kopi. “Harapan kami kedepan Kopi Petaling (Kopeling) Banjar, ini bisa lebih meluaskan lagi pasarnya. Karena sekarang komunitas ini baru memiliki lahan sekitar 40 hektar. Artinya, kalau ditambah lagi menjadi 100 hektar, saya yakin dan percaya Petaling Banjar ini, dan Desa Petaling akan menjadi sentra kopi di Pulau Bangka,” ujarnya.

Di Belitung, tepatnya di Gantung, dikatakan Erzaldi, juga sudah ada sentra Kopi. “Mudah-mudahan ini akan menjadi brand kopi yang baik. Karena kita ketahui bahwa Babel ini juga terkenal dengan Warung kopinya. Sekalipun bukan produk kopinya, tetapi kalau sentra kopi sudah ada dimana-dimana, ini berarti Babel suatu saat akan memunculkan produk kopi, bukan warung kopinya. Seperti di Belitung Timur Kota 1001 warung kopi,” jelas Erzaldi.

Nanti, kata Erzaldi, orang yang mengenal Tung Tau dan lain, itu nanti akan memakai produk yang sudah dihasilkan negeri ini (Kopeling Banjar-red).

Selama ini, diungkapkan Erzaldi, kopi yang di Tung Tau dan lainnya itu, dibawa dari Lampung dan daerah lainnya di Indonesia. “Kini sudah ada Pak Sumardi. Jadi, kopi ini yang jadi penyuplainya nanti. Yo, jadikan Petaling ini sebagai Sentra Kopi,” ajaknya.

Menurut Erzaldi, yang namanya kopi memiliki perbedaan. Tanah di Sumatera beda dengan tanah di Bangka. Yang pasti tanah di Bangka ini rasa pedas-pedasnya lebih unggul.

Oleh karena itu, menurut Erzaldi lagi, kalau nanti Petaling jadi Sentra Kopi, maka pasar harus kuat. Sehingga harga bisa dikendalikan. “Kalau ingin menjual dan kuat harganya, jangan menjual sendiri-sendiri,” pesannya.

“Kalau Petaling Banjar ini sudah terkenal, kita buat kebun kopi ini sekaligus sebagai tempat wisata. Orang ke sini hanya untuk pergi minum kopi. Dan kita harus berani menyebutnya kopi Petaling Banjar,” lanjut Erzaldi.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Babel, Juaidi mengatakan, untuk dataran tinggi kopi bisa tumbuh. Untuk Babel, diakuinya, masyarakat konsumsi kopinya sangat tinggi. Kalau ini bisa dikembangkan minimal untuk memenuhi kebutuhan lokal sangat bagus, mengurangi ketergantungan.

“Selama inikan kopi kita datangkan dari Lampung, Palembang. Kalau di Petaling Banjar ini bisa tersedia, lumayan untuk membuka lapangan pekerjaan baru,” kata Juaidi.

Sebenarnya, kata Juaidi, Dinas Pertanian Provinsi Babel beberapa tahun yang lalu dengan BPTP telah mengadakan bibit Kopi ke Belitung Timur. Dan Tahun depan (2020-red), diupayakan ada di Pulau Bangka.

“Kita akan bimtekkan petani kopi, agar betul-betul melaksanakan penanaman kopi sesuai dengan petunjuk teknisnya, sehingga hasilnya bagus. Untuk kopi yang saat ini di Petaling Banjar kan belum terawat dengan baik. Nanti akan kita kasih arahan secara teknis untuk menghasilkan kopi secara optimal, termasuk kemasannya,” tutup Juaidi.rill/(wa)