Oleh: Agus Ismunarno, Wina Destika dan Mahfur Al Hasan
- Pemprov Selidiki Kasus Kematian Hewan Laut Itu
- Dugong Itu Hewan Dilindungi
- Kasus “Dugong” 30 Tahun Terakhir
KEHIDUPAN masyarakat di Pantai Rebo, Sungailiat, Bangka dan di sekitarnya, tiba-tiba dikejutkan oleh penemuan dua jenis hewan yang mati di Pantai Rebo, Pantai Menkalo serta antara Pantai Pukan dan Pantai Temberan.
Kasus kematian hewan langka tersebut tersiar ke netizen ketika Akun Facebook Andre Armento mengunggah satu video yang memperlihatkan hewan yang disebut-sebut dalam video tersebut sebagai Dugong (Duyung) dan lima foto penyu.
Andre Armento mengunggah video dan foto dramatik tersebut tanggal 28 Juli 2019 pukul 19.31.
Andre memberi teks foto, “Ada masalah apa di sekitar Laut Rebo sehingga ada beberapa hewan laut mati?”
Andre Armento mengatakan, “ Video dan foto tersebut diperoleh dari teman-teman nelayan.”
Unggahan tersebut menuai 39 comments dan 323 share
Feisal Erfanda berkomentar, “Laut sudah mulai muak”
Sedang Harfani Rafizan mengatakan, “Banyak manusio yang ingin kayo masing2…Laut rusek.”
Iskan van Irham mengingatkan, “Hem coba diotopsi. Siapa tahu faktor usia.”
Andre Armento, pemilik akun facebook tersebut menjawab, “Mungkin juga, tapi ini yang mati dua hewan lain jenis tempat hampir berdekatan.”
Iskan van Irfan lalu bertanya kritis, “Andre Armento, di video gak ada kura-kura kan?”
Andre Armento pun menjawab, “Video sepertinya singa laut, kalau foto penyu. Singa laut di Rebo. Kalau penyu di Pantai Mengkalo.”
Exa Syafrie Rachman kemudian mengupload foto penyu (mati) dengan teks foto, “Ni antara Pantai Pukan dan Temberan, Sabtu (27/7-2019).”
Andre Armento pun bertanya, “Mati juga atau terdampar?”
Dijawab Exa, “Mati.”
Andre Armento kemudian menampilkan emoji menangis.
Varlyn Sharoon berkomentar, “Men tuh kenak Trawl tuh. Kayake dibuang agik (lagi, red) ke laut.”
Akun bernama Rusdianto Anto memberi atensi khusus, “Pak Andre, ini Rusdianto dari BKSDA Sumsel mau nanya informasi kematian hewan yang mati di pantai Rebo, tolong kirim no kontak Pak Andre.”
Selain beberapa akun minta ijin share, akun Ican tiba-tiba menulis, “Di bom bai kapal isep ya, mana Menteri Pudjiastuti ne?”
Sedang Lingsiaw Asiaw berpendapat, “Inilah yang akan terjadi dan terus terjadi apabila pertambangan jalan terus. Ini baru hewan ke depannya mungkin orangnya yang akan mati gara-gara kompensasi yang tak jujur pembagiannya yang tak merata.”
Furi Eka Wulandari kemudian seolah menyimpulkan, “Akibat keserakahan manusia yang hanya ingin menguasai sendiri.”
Desa Rebo Heboh
Kabar kematian “Dugong” dan Penyu di Perairan Pantai Rebo dan sekitarnya membuat heboh masyarakat nelayan dan warga Desa Rebo.
Foto dan video penemuan hewan langka tersebut beredar luas di media sosial (medsos) facebook. Bahkan Kades Rebo, Fendi saat dikonfirmasi mengaku bahwa ia juga tahu adanya bangkai dugong dari medsos.
“Memang benar ada nelayan kami yang menemukan duyung dan penyu di seputaran Pantai Rebo tapi saya tidak menyaksikan langsung kesana. Saya juga tahunya dari FB (facebook),” ungkapnya, Sabtu (3/08/19).
Ia sempat menyuruh awak media untuk menanyakan langsung ke nelayan setempat untuk mengetahui informasi lebih lanjut.
“Coba langsung tanya ke nelayannya saja,” saran Fendi.
Tengkulak di Pantai Rebo, Afen membenarkan adanya temuan Ikan Duyung atau Dugong di dekat Pantai Rebo. Bahkan bukan cuma ikan Duyung, nelayan juga menemukan bangkai penyu di pesisir Pantai Mengkalo.
“Penemuan ini baru pertama kali. Tapi dulu jaman nenek-nenek kami sekitar 30-an tahun lalu pernah juga melihat ikan duyung ini berenang di laut sini,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Nelayan Desa Rebo, Asiau mengatakan bangkai Duyung yang ditemukan nelayan tersebut masih terlihat segar. Namun untuk bangkai penyu sendiri ditemukan nelayan dalam kondisi sudah membusuk.
“Duyungnya memang ditemukan sudah mati tapi memang masih terlihat segar kayak baru mati. Kalau penyu, memang agak sudah membusuk,” ungkapnya.
Ia sendiri belum bisa memastikan matinya kedua hewan tersebut. Asiau sendiri mengaku baru pertama kali melihat dugong secara langsung.
“Selama saya disini, baru itulah saya melihatnya. Tapi kami tidak bisa memastikan kenapa bisa mati, apa karena KIP (Kapal Isap Produksi), airnya keruh, apa karena lainnya kami tidak tahu tapi yang pasti nelayan sini tidak akan memburunya. Jangankan Duyung, penyu saja kita kasih makan kalau nelayan melihatnya di laut,” kata Asiau.
Selidiki Langsung
Tim Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Babel mencek langsung kasus kematian Dugong di Pantai Rebo, Sungailiat Bangka, Selasa, (6/7-2019).
“Kita juga baru mendapatkan informasi terkait hebohnya penemuan bangkai penyu dan Dugong ini,” kata Kabid Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Babel, M. Hidayat Hamami saat ditemui negerilaskarpelangi.com di ruangan kerjanya, Senin (5/8/2019).
Hidayat menandaskan, pihaknya akan turunkan tim untuk mengecek langsung ke tempat ditemukannya bangkai tersebut.
“Rencananya besok (6/7-2019) kita akan turunkan tim langsung untuk mengecek bangkai tersebut; apakah memang sengaja ditangkap atau dugong ini terjebak di jaring nelayan yang sedang melaut atau sebab lainnya,” ucapnya.
Ia mengatakan, “Setiap orang dilarang menangkap hewan/satwa yang dilindungi dan bagi siapa yang melanggarnya, maka merupakan suatu tindak pidana yakni Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Pidana penjara paling lama lima tahun, dan denda paling banyak Rp 100 juta.
“Kita selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya nelayan bahwa berbahaya untuk menangkap hewan/satwa yang dilindungi. Dan kita juga berikan penjelasan kepada nelayan kalaupun dugong ini tertangkap ataupun ditangkap, jangan dibawa ke pantai langsung, karena ini akan menimbulkan masalah. Tapi dilepaskan saja di laut karena kita kan tidak tau apakah tersangkut jaring nelayan atau memang sengaja di tangkap,” jelas Hidayat.
Ia menambahkan, ada bangkai dugong yang sudah ditemukan (empat tahun lalu, red), dan pihaknya sudah lakukan pengawetan untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.
“Bangkai Dugong tersebut kami kasih formalin dan sudah kami awetkan, karena hal ini untuk dijadikan penelitian mahasiswa di kampus Universitas Bangka Belitung (UBB), guna memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar lebih tahu apa itu ikan Dugong,” kata Hidayat. (mah/wina)