BMKG Ingin Bentuk Masyarakat yang Sadar Iklim dan Cuaca

Oleh: Andini Dwi Hasanah

TANJUNGPANDAN, LASPELA– Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemahaman informasi cuaca dan iklim dalam menjalankan kegiatan di sektor pariwisata.

BMKG berikan edukasi dan pemahaman informasi cuaca dan iklim kepada pihak-pihak yang peduli akan pariwisata melalui program edukasi yang di sebut MOSAIK (Masyarakat Indonesia Sadar Iklim dan Cuaca) yang di selenggarakan 6-9 Agustus 2019 di Swissbell Resort Belitung, Selasa(06/08/2019).

Deputi bidang Meteorologi Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan dikarenakan Belitung merupakan daerah dan kawasan wisata yang banyak sekali dikunjungi oleh turis-turis dari manca Negara. Sehingga perlu adanya masyarakat yang secara umum sadar akan kondisi iklim dan cuaca, karena kondisi cuaca sendiri akan mempengaruhi aktifitas masyarakat itu sendiri.

“Kalo masyarakat sudah punya aktifitas tertentu kemudian dengan adanya kondisi cuaca signifikan, harapan kita mereka bisa mengantisipasi apa yang harus mereka lakukan,” terangnya

Ia mengatakan masyarakat yang sadar akan iklim dan cuaca sangat penting dibentuk di Belitung yang merupakan kawasan wisata.

“Sektor pariwisatakan sangat sensitif dengan perubahan cuaca dan iklim, apalagi Belitung suatu pulau yang di pengaruhi oleh lingkungan laut, sehingga moda transportasi laut ini juga akan berpengaruh,” ujarnya.

Kemungkinan akan berubah aktifitasnya dari sisi waktu, kata Mulyono. Ditunda atau berubah menjadi aktifitas yang lain.

“Jadi misalnya nyebrang ke pulau Lengkuas, tapi karena gelombangnya tinggi mungkin bisa dialihkan ke spot-spot tourism yang lain, yang ada di darat. Jadi tidak mengurangi aktifitas wisata itu sendiri,” tuturnya.

Sementara itu Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie berharap masyarakat Belitung cepat sadar akan pentingnya cuaca dan iklim bagi pariwisata Belitung dengan tidak membakar sampah lagi.

“Tidak membakar sampah lagi, tapi menimbun. Sampah plastik juga tidak lagi dibakar, kemudian TPS kita harus TPS yang ramah lingkungan. Sama juga TPS pindah ke TPA, lalu TPA membakar itu juga menciptakan karbon dioksida, panasnya terperangkap di bumi suhu naik, nah efek ini yang mau kita berhentikan,” terang Isyak.

Lebih lanjut ia mengatakan, TPA di Belitung harus dengan ramah lingkungan, dan tempat pembuangan sampah harus ada organik dan non organik,masyarakat juga harus bisa memilah sampahnya.

“Tapi sebelum sampai ke step itu, kita harus budayakan dulu buang sampah pada tempatnya , baru kita bicara sampah nya di pilah,” ujarnya. (din)