Dorong Kemajuan Babel, Alumni FH UBB Turun Gunung

PANGKALPINANG, LASPELA – Sejumlah Alumni Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung (FH UBB), ‘turun gunung’ demi mengabdikan diri untuk kemajuan Provinsi Kepulaun Bangka Belitung (Babel).

Berawal dari perbincangan hangat sesama alumni, mereka yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi, usai menamatkan program studi ilmu hukumnya di UBB, berencana membentuk sebuah organisasi yang akan berhilirisasi pada sebuah karya nyata dan berdampak pada kemajuan daerah serta almamater.

“Kami alumni FH UBB angkatan 2008 silaturrahim Idulfitri 2019, dalam pertemuan ini kami isi dengan acara diskusi dengan tema eksistensi almuni FH UBB dalam pembangunan daerah Babel, sebagai wujud turut serta dalam pembangunan nasional,” kata Fahrozi SH, MH. CLA, inisiator kegiatan, Sabtu (15/6/2019).

Fahrozi advokat yang kini berkantor di Jakarta itu, mengatakan, organisasi yang akan dibentuk nanti, menjadi salah satu lembaga pengontrol dan memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang bermanfaat bagi pekembangan daerah.

“Setelah mendengar berbagai masukan dari perserta diskusi yang hadir, maka disepakati rekomendasi sesegera mungkin akan dibentuk organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah alumni dalam mengkaji, meneliti dan merumuskan masukan kepada Pemprov Babel dan stake holder terkait kebijakan yang pro rakyat,” jelas Alumnus FH UBB 2008 ini.

“Visi besar organisasi tersebut mengamati kebijakan publik dengan basis penelitian,” tegasnya.

Rencana pembentukan organisasi, juga tidak lepas dari keprihatinan akan nasib Bangka Belitung. Apalagi kebijkan pimpinan daerah sejuah ini, dinilai belum memberikan dampak signifikan bagi perkembangan Babel.

“Ini sudah hampir tiga tahun gubernur Erzaldi memimpin, tapi tidak nampak perkembangan seperti ia membangun Bangka Tengah saat jadi bupati dulu,” jelas Kurniawansyah, SH, MH yang juga alumni FH UBB.

Menurutnya, sebagai penghasil timah nomor satu dunia, Bangka Belitung selayaknya menjadi provinsi maju, namun nyatanya predikat tersebut berbanding terbalik dengan kesejahteraan masyarakat.

“Kita merupakan daerah penghasil timah terbesar di dunia, tapi kenapa hilirisasi timah malah berada di negara lain,” katanya.

“Kita hanya espor timah dalam bentuk batangan, saya rasa akan lebih baik lagi jika hilirisasi timah lebih makro lagi, seperti produk handphone dibuat disini atau prodak-prodak lainnya yang menggunakan timah, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan pemanfaatkan timah dapat terkontrol, cadangan timah pun tidak terbuang sia-sia,” urai Alumnus FH UBB angkatan 2008 ini.(Rill/*)