PUASA DAN PRESTASI

Oleh :

WENDI RAIS, S.Pd.I.,M.Pd.I. NIP : 198411262010011016

GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMKN 1 MUNTOK

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana umat Islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa dengan pengertian syari’at bahwa puasa adalah sebuah amalan ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan seperti makan, minum, berhubungan suami istri dan perbuatan buruk lainnya yang akan mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut. Serta dari hal-hal yang membatalkan puasa lainnya mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari yang disertai dengan niat karena Allah SWT, dengan syarat dan rukun tertentu. Puasa merupakan sarana pensucian jiwa dan raga dari segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk manifestasi rasa ketaatan seseorang dalam melaksankan perintah Allah SWT, dalam hal meninggalkan segala larangan untuk melatih jiwa dalam rangka menyempurnakan ibadah kepada-Nya, demikian ungkapan seorang Ulama’ Fiqih Yusuf al Qardawi. Begitu juga Allah SWT mengungkapkan dalam QS. Albaqarah : 183
((((((((((( ((((((((( (((((((((( (((((( (((((((((( ((((((((((( ((((( (((((( ((((( ((((((((( ((( (((((((((( (((((((((( ((((((((( (((((
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(Q.S.Albaqarah :183)
Tujuan dilaksanakannya puasa adalah meraih derajat tangga ketaqwaan yang disediakan oleh Allah terkhusus bagi orang yang menyelesaikan ujian puasanya dengan baik, dalam artian ada korelasi antara puasa dan prestasi, maka untuk meraih kesuksesan salah satu caranya adalah dengan puasa.
Prof. DR. KH. Miftah Faridl dalam artikelnya mengatakan bahwa ada beberapa catatan penting dalam sejarah umat Islam. Ternyata Ramadhan pada zaman Nabi dan Sahabat, dijadikan sebagai bulan prestasi. Dimana umat Islam melakukan karya-karya besar, perjuangan-perjuangan strategis dengan kemenangan-kemenangan yang strategis pula.
Dalam perjuangan dakwah Islam telah lahir sejumlah prestasi yang luar biasa. Pada setiap Ramadhan, ratusan orang menyatakan diri masuk Islam. Bahkan pada tahun ke-10 Hijriyah, pernah seribu orang Thaif masuk Islam, yang sebelumnya sangat memusuhi Islam. Pada tahun ke-11 Hijriyah juga ratusan orang-orang Yaman menyatakan diri masuk Islam.
Pertempuran-pertempuran yang terjadi pada bulan Ramadhan itu, banyak dimenangkan oleh umat Islam. Perang Badar meletus pada bulan Ramadhan, tepatnya tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah dan dimenangkan oleh Umat Islam. Kemenangan Khandak tahun ke-5 Hijriah diperoleh pada bulan Ramadhan. Proklamasi Kota Makkah itu adalah pada Ramadhan. Kemudian pada generasi berikutnya; Proklamasi Dinasti Abasyah, dipilihnya bulan Ramadhan. Penaklukan Afrika ke-56 Hijriyah oleh Panglima Uthbah bin Nafi, dipilihnya Ramadhan dan sukses. Tahun ke-99 Hijriyah Thariq bin Jiyad menyeberang dari Afrka Utara ke daratan Eropa untuk pertama kali umat Islam menginjakkan kaki di daratan Eropa. Dipilihnya pada saat prajuritnya sedang lapar berpuasa Ramadhan. Tahun berikutnya, tahun ke-100 Hijriyah umat Islam juga memperoleh kemenangan-kemenangan strategis. Pada Ramadhan Salahuddin Al Ayubi, berhasil mengembalikan Masjidil Aqsho ke tangan umat Islam.
Di bidang keilmuan, ulama-ulama dulu melahirkan karya-karya tulis yang monumental pada bulan Ramadhan. Imam Muhammad Idris Asy Syafi’i yang di kenal dengan Imam Syafi’i, umpamanya melahirkan sejumlah karya-karya besar pada bulan Ramadhan, karyanya itu monumental, yang sampai sekarang diterbitkan dan dicetak beribu-ribu kali.
Selain itu, prestasi akademik juga akan diraih oleh orang yang puasa,terbukti dengan meninggkatnya kecerdasan sesorang, menurut beberapa penelitian, salah satunya adalah penelitian yang di lakukan di Universitas Florida Amerika Serikat yang pernah mengadakan kajian mengenai manfaat puasa. Hasilnya adalah bahwa salah satu manfaat puasa adalah dapat menjernihkan pikiran dan meningkatkan kecerdasan seseorang, dalam penelitian tersebut diperolah bahwa saat sedang berpuasa, makanan yang masuk ke dalam tubuh akan berkurang. Dengan begini, efeknya kadar darah dan oksigen yang biasa masuk ke pencernaan banyak berkurang. Lalu, darah dan oksigen itu akan lebih maksimal memasuki bagian-bagian tubuh manusia yang lebih membutuhkan, terutama otak. Darah yang disalurkan ke pencernaan akan dikurangi untuk dipakai organ lain, termasuk otak. Dengan demikian mengingat otak merupakan organ paling penting bagi proses berpikir, maka kinerja otak pun jadi lebih maksimal karenanya.
Berbeda halnya saat perut kekenyangan, akan ada banyak darah yang disalurkan ke pencernaan. Belum lagi dengan efek rasa kantuk dan letih karena perut kekenyangan, konsentrasi pun bisa berkurang. Manfaat puasa ini pun sudah dirasakan oleh orang-orang terdahulu. Salah satunya adalah ulama besar Imam Asy-Syafi’i yang telah mengakui kehebatan puasa saat beliau sedang menuntut ilmu. Beliau mengatakan, “Aku tidak pernah kenyang selama 16 tahun. Karena kekenyangan akan memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, membuat kantuk, dan melemahkan manusia dari beribadah kepada Allah.”
Bahkan, Imam as-Suyuthi ketika berumur 21 tahun, dapat menulis separuh kitab Tafsir Al-Jalalain yang belum dirampungkan oleh gurunya, Imam al-Mahalli, saat berpuasa. Semuanya ia lakukan dalam tempo 40 hari, mulai dari awal Ramadhan sampai 10 Syawal 870 H.
Selain Imam as-Suyuthi, banyak pula ulama, tokoh, intelektual, dan bintang pelajar yang justru menuai keberhasilan karena terbiasa menjalani ibadah puasa. Beberapa orang pun mengaku, dapat berpikir lebih cepat saat berpuasa.
Allan Cott, M.D., telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku Why Fast yang mengalami 17 kali cetak ulang dalam tempo sewindu. Di buku itu, Allan Cott, M.D. membeberkan berbagai hikmah puasa, diantaranya yaitu ”to sharp the senses” (puasa dapat menajamkan fungsi indrawi).
Maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi yang luar biasa antara puasa dan prestasi, Prof Dr Teguh AS Ranakusuma SpS(K), Guru Besar dalam Bidang Neurologi di FKUI Jakarta, menyatakan, sel otak dan sel pembuluh darah merupakan dua organ yang memiliki kecerdasan tinggi. Menurutnya, tak salah bila puasa dikatakan bisa mencerdaskan otak, karena berdasarkan penemuan terbaru, ternyata puasa dapat memperbarui semua sistem organ dalam tubuh, termasuk otak. Allah begitu sayangnya kepada umat manusia dengan memerikan kewajiban berpuasa, sehingga selain limpahan pahala dan rahmah serta surga ar Rayyan yang di janjikan oleh Allah, tetapi kesehatan dan kecerdasan juga akan didapat oleh orang yang melaksankan puasa dengan tulus ikhlas karena Allah SWT.