Oleh : Andini Wartawan Laspela
TANJUNG PANDAN, LASPELA– Pulau Belitung yang mulai populer dengan novel dan film Laskar Pelangi ini dipersiapkan akan menjadi kawasan Unesco Global Geopark.
Belitung telah terekspos oleh negara bahkan hingga mancanegara sebagai salah satu bagian dalam sejarah jalur maritim perdagangan dunia, Belitung menjadi jalur perdagangan dan tempat persinggahan kaum pedagang dan Wisatawan sejak abad ke 16.
Kini Belitung sedang mempersiapkan festival tersebut, Festival yang tak hanya di peruntukkan masyarakat belitung saja, namun lebih utama kepada masyarakat di luar pulau belitung atau seluruh Indonesia bahkan negara-negara tetangga.
Festival tesebut mengusung nama “Titik Temu”
Titik Temu International Geomaritime Festival akan dilaksanakn di Gusong Bugis, 30 Juni 2019 di Belitong towards UNESCO Global Geopark.
Titik temu sendiri ternyata tak sembarang nama, namun memiliki makna nya sendiri, Titik Temu berawal dari ide sang sutradara Wawan Sofwan asal kota Bandung itu ketika sedang duduk ngopi di salah satu kedai kopi yang ada di Belitung.
Ia merasa heran ketika sedang duduk menikmati kopi yang ia pesan, mendengarkan para pengunjung kedai kopi yang berbicara menggunakan beraneka ragam bahasa dari bahasa China, melayu, dan bahasa jawa.
Ia mengira orang yang berbahasa China tersebut adalah seorang turis China, Tak heran beliau tak banyak tau tentang Belitung sebelum di tunjuk untuk menjadi sutradara Titik Temu pada 30 Juni mendatang.
“Saya tanya ke temen saya, itu turis china yang datang ya? terus teman saya jawab, eeh bukan, ini warga asli sini. Saya kaget di situ emang bolehh yaa di sini, dan yang saya kaget nya tuh masyarakat nya biasa dan santai-santai aja gitu dengan ragam nya budaya bahasa itu,” Paparnya pada Laspela, Jum’at (17/05/2019)
Ia merasa Belitung sangat unik, dan ia mulai membaca-baca buku bahwa Belitung memang akulturasi kebudayaan cukup tinggi. Yang masih di pertahankan oleh masyarakatnya
Dan di situ lah nama “Titik Temu” di cetuskan, Titik Temu dari berbagai macam kebudayaan yang tidak harus menjadi satu tetapi tetap dengan identitas masing-masing yang tidak mengurangi kebersamaan sedikitpun.
Titik Temu sendiri akan menampilkan banyak sekali pertunjukan yang menyuguhkan perpaduan tari tradisi dan kreasi baru khas Belitung, musik Melayu, tarian kolosal, dan story telling, menceritakan kehidupan masyarakat Belitung di masa lampau, masa kini, yang juga dapat diibaratkan sebagai “Indonesia Kecil” yang hidup harmonis.
Melibatkan 200 pemain dari komunitas seni musik, tari, pertunjukan, literasi tradisi di Belitung, dari pelajar hingga pekerja.
Festival tersebut akan di laksanakan di Gusong Bukis salah satu Eco Wisata yang ada di Pulau Belitung, menurut Kang Wawan Ia memilih Gusong Bukis bukan tanpa alasan namun baginya Gusong Bukis sangat menarik sekali, karena baginya Gusong Bugis bisa merepresentasi bentuk sebuah pulau, yang di kelilingi oleh lautan.
“Saya sebelumnya sudah keliling dulu untuk memilih lokasi yang pas kan, ke tanjung klayang, tanjung tinggi, tanjung pendam, dan gusong bugis, namun saya tertarik nya hanya pada gusong bugis, di situ para penonton ga hanya dari darat saja namun dari arah pantai menaiki perahu mengelilingi dermaga juga bisa menyaksikan” Ungkapnya
Di Gusong Bugis sendiri terdapat dermaga yang berbentuk lingkaran, Di atas dermaga yang berpondasi beton dan diatasnya kayu itu lah akan menjadi tempat penampilan pertunjukan. Dengan harapan orang-orang bisa datang dari berbagai arah, dari arah laut barat, laut selatan, laut Timur, yang mengelilingi dermaga.
Yang nanti bisa di saksikan dari bibir pantai atau daratan dan di atas perahu dari arah pantai. Festival tersebut akan dilaksanakan ketika matahari mulai terbenam. Pengunjung dan para tamu akan di sugguhkan dengan pemandangan terbenamnya matahari(Sunset).
Tak hanya itu, ternyata tanggal 30 Juni yang di pilih oleh sang sutradara pun memiliki arti. Di perkirakan tanggal 30 Juni ketinggian air laut mencapai ketinggian yang ideal sehingga perahu bisa merapat mengelilingi dermaga lingkaran tersebut.
Dengan banyak bertemu nya budaya di Belitung, Titik Temu ini di harapkan oleh sang Produser Linda Samosir bisa menjadi titik temu pertama untuk hal-hal yang baik di Pulau Belitung.
Linda menjelaskan para tamu yang menyaksikan Titik Temu ini diperkirakan berkapasitas untuk 600 orang dari arah perahu yang melibatkan nelayan mengelilingi dermaga lingkaran tersebut, dan untuk dari arah bibir pantai bisa hingga ribuan orang menyaksikan pertunjukan.
Dalam Festival ini Linda menjelaskan bisa menjadi ruang untuk berkembang nya anak-anak daerah Pulau Belitung sendiri, Karena penampilan Titik Temu sendiri lebih dominan diisi oleh anak-anak asli pulau Belitong.
“Belitung ini punya harapan untuk berkembang besar, jadi anak-anak itu adalah modal kedepan untuk memajukan Belitong. Dan semoga dengan bergambung nya mereka dengan Titik Temu bisa menjadi kebanggan untuk mereka nanti” Kata Linda Samosir Produser Titik Temu. (din)